JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi produksi batubara nasional tahun ini mencapai 470 juta ton, lebih tinggi dari rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN), yakni sebesar 413 juta ton.
“Kami komunikasikan ke Bappenas. Kenyataannya, kalau disesuaikan dengan RKAB (rencana kerja dan anggaran biaya) yang diajukan perusahaan, agak susah meng-cut menjadi 413 juta ton. Karena, banyak IUP baru yang naik (produksi), tidak mungkin stop moratorium,” kata Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal  Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, di Jakarta.

Menurut Bambang, rencana produksi dari para pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) sudah disetujui. Namun, target produksi dari pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) masih bisa berubah.

Berdasarkan dokumen RKAB 2017 dan rencana produksi IUP, produksi batubara nasional mencapai 489 juta ton. Jumlah tersebut terdiri dari PKP2B 311 juta ton, IUP PMA 17,2 juta ton, IUP BUMN 23,2 juta ton, IUP Provinsi 137 juta ton.

Sedangkan sesuai RPJMN, pemerintah merencanakan produksi batu bara nasional sebesar 413 juta ton pada tahun 2017. Untuk total domestic market obligation (DMO) batu bara tahun ini ditargetkan sebanyak 121 juta ton.

Hendra Sinadia, Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), mengatakan bahwa tingginya rencana produksi menunjukkan optimisme para pelaku usaha yang masih tinggi. Hal tersebut didukung oleh harga batubara yang merangkak naik dari level yang sangat rendah mulai pertengahan tahun lalu.
Sepanjang 2016, realisasi produksi batu bara nasional mencapai 434 juta ton. Jumlah tersebut meningkat dari target awal sebesar 419 juta ton.

“Pemerintah memang tidak bisa menghentikan produksi, tapi bisa mengatur produksi masing-masing dengan kapasitas tertentu. Kalau ada tambang baru, berarti tambang yang lain harus dikurangi. Itulah konsekuensi ketika mengeluarkan IUP tanpa ada perencanaan,” tandas Budi Santoso, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Resources Studies (Ciruss) kepada Dunia Energi.(RA)