BALIKPAPAN-Penantian cukup lama itu akhirnya berujung sudah. Mulai Senin (1/1) pukul 00.00 Waktu Indonesia Bagian Tengah, PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi resmi menjadi pengelola Wilayah Kerja Mahakam di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur menggantikan Total E&P Indonesie, perusahaan asal Perancis. Dengan pengelolaan WK Mahakam, Pertamina menargetkan dapat berkontribusi terhadap produksi minyak dan gas bumi nasional pada tahun ini sebesar 30 persen.

“Potensi di Blok Mahakam masih cukup menjanjikan. Cadangan terbukti per 1 Januari 2016 sebesar 4,9 TCF gas, 57 juta barel minyak dan 45 juta barrel kondensat,” ujar Syamsu Alam, Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) di sela serah terima pengelolaan WK Mahakam dari Total EP Indonesia dan Inpex Ltd, perusahaan migas asal Jepang kepada pemerintah Indonesia yang diwakili Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi. Amien kemudian menyerahkan proses serahterima pengelolaan WK Mahakam dari Total dan Inpex kepada Pertamina yang diwakili oleh Syamsu. Hadir dalam acara serah terima tersebut antara lain Dirut PT Pertamina Hulu Indonesia Bambang Manumayoso dan Direktur PT Pertamina Hulu Mahakam Ida Yusmiati.

Berdasarkan data SKK Migas Hingga akhir November 2017, WK Mahakam berproduksi minyak dan kondensat sebesar 52 ribu barel minyak per hari dan 1.360 juta kaki kubik gas bumi per hari. Pada akhir November 2017, SKK Migas menyetuji program kerja dan anggaran (WP&B) WK Mahakam yang dikelola oleh PT Pertamina Hulu Mahakam, anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia, atau cucu Pertamina, yaitu minyak 42,01 barel per hari dan gas 91 MMSCFD.

“Angka ini diproyeksikan dicapai dengan pengeboran sumur pengembangan sebanyak 69 sumur, 132 workover sumur, 5623 perbaikan sumur serta POFD lima lapangan migas di WK Mahakam,” ujar Syamsu.

Amien Sunaryadi dalam sambutannya mengatakan pengelolaan WK Mahakam sebagai produsen gas bumi terbesar di Indonesia dan menyumbang sekitar 13% persen produksi gas nasional, tidak dapat dilepas dari usaha keras operator sebelumnya.

“Sebagai wakil Pemerintah Indonesia, kami mengucapkan terima kasih atas kontribusi dan kerja keras Total E&P Indonesie sebagai kontraktor kontrak kerja sama WK Mahakam serta Inpex sebagai mitra Total. Seluruh persiapan alihkelola yang sudah disiapkan dalam dua tahun terakhir, untuk menjaga kontinuitas operasional WK Mahakam pasca 31 Desember 2017, SKK Migas, Pertamina Hulu Mahakam, dan Total telah bekerjasama untuk proses alihkelola yang lancar sehingga terlaksananya kesinambungan operasi dan produksi migas dari WK Mahakam,” katanya.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam secara simbolis menerima serahterima pengelolaan WK Mahakam dari Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi. (Foto: Dokumentasi Pertamina)

Syamsu menjelaskan, selama masa peralihan Pertamina telah melakukan berbagai upaya dan koordinasi dengan semua pihak terkait. Menurut dia, pengelolaan WK Mahakam adalah tugas negara yang akan dijalankan dengan sebaik baiknya sesuai tugas pokok dan fungsi Pertamina sebagai BUMN. Pengelolaan dilaksanakan dengan tetap menjaga produksi WK Mahakam yang telah melewati masa puncak produksi reservoirnya pada periode 2003-2009, mengontrol biaya operasi dan tetap mengedepankan aspek kualitas Quality, Health, Safety, Security and Environment (QHSSE) dalam operasionalnya.

“Sebagai komitmen menjaga kesinambungan operasi dan produksi, sampai hari ini kami telah menuntaskan pemboran 14 sumur dan akan menyelesaikan sumur ke -15 dalam beberapa hari kedepan, yang ditargetkan dari Juni hingga Desember 2017; transfer pekerja Total menjadi pekerja Pertamina Hulu mencapai 98,23 persen; melakukan penyesuaian kontrak kerja untuk 530 kontrak existing dengan pihak ketiga dengan nilai US$ 1,27 miliar untuk menjaga kesinambungan kegiatan produksi di Blok Mahakam,” katanya.

Menurut dia, upaya pengeboran yang dilakukan Pertamina berhasil dilakukan dengan menekan biaya pengeboran sumur hingga lebih efisien 23 persen terhadap anggaran, mencatat waktu pengeboran lebih cepat hingga 25persernmendapatkan potensi penambangan cadangan hingga 120 persern serta memperoleh penambahan ketebalan reservoir sebesar 115 persen. “Semua pencapaian itu merupakan bukti kerja keras dan kolaborasi yang baik antara pekerja yang terus bekerja dengan semangat,” katanya.

Komitmen penuh Pertamina untuk kesinambungan produksi di wilayah kerja juga dibuktikan dengan anggaran yang dikucurkan pada 2018 yang lebih dari US$1,7 miliar untuk kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi.

Kontrak kerja sama WK Mahakam diteken oleh Total dan Inpex pada 6 Oktober 1966 untuk jangka waktu 30 tahun. Total memeroleh partisipasi dari Inpex pada akhir 1970 dan ditentukan sebagai operator. Pada 1991, Total memeroleh perpanjangan kontrak selama 20 tahun hingga 30 Maret 2017. Kontrak Mahakam mengalami tambahan waktu selama sembilan bulan hingga 31 Desember 2017. Penambahan ini karena kontrak penjualan gas alam cair (LNG) diperpanjang hingga 31 Desember 2017.

Bambang Manumayoso mengatakan keberhasilan alihkelola WK Mahakam akan menjadi pembuktian Pertamina sebagai perusahaan migas kelas dunia dalam mewujudkan ketahanan energi nasional. Hal tersebut tak lepas dari peran serta dukungan pemerintah, seluruh pemangku kepentingan, khususnya pemerintah daerah dan masyarakat. (RA)