JAKARTA – Rencana PT Pertamina (Persero) untuk mengakuisisi lapangan minyak dan gas (migas) di Iran dinilai sebagai langkah tepat dan bermanfaat, tidak hanya bagi perusahaan pelat tersebut tetapi juga bagi negara.

Komaidi Notonegoro, pengamat energi dari Reforminer Institute, mengatakan selama ini Iran relatif kesulitan memasarkan minyaknya, sehingga kerja sama dengan Indonesia melalui Pertamina berpotensi menjadi pintu masuk kerja sama yang lebih besar.

“Saya kira positif untuk Pertamina dan Indonesia. Bagi Pertamina tentu akan menambah kapasitas produksi dan pendapatan. Sementara kerja sama yang lebih besar bisa mengarah pada upaya mendorong ketahanan energi nasional,” kata Komaidi kepada Dunia Energi, Jumat (1/7).

Menurut Komaidi, jika kerja sama berjalan dengan baik bisa dikembangkan, terutama dalan hal pemenuhan minyak mentah. Iran menjadi salah satu tujuan impor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan kilang dalam negeri Indonesia.

Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, sebelumnya mengatakan Pertamina saat ini sedang melakukan negosiasi dengan National Iran Oil Company (NIOC) dan studi terhadap empat blok migas di Iran dengan kapasitas cadangan yang terbilang besar.

“Ada empat blok yang memungkinkan kita pelajari lebih dalam. kalau kita setuju dengan blok itu, kita akan lakukan penawaran untuk negosiasi. Satu blok sekitar 2 miliar barel cadangannya,” tandasnya.(RI)