JAKARTA – Pemerintah akan membatalkan rencana impor gas yang sempat diwacanakan dilakukan pada 2019. Pembatalan tersebut seiring masih besarnya stok gas dalam negeri. Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan salah satu keyakinan tidak perlunya impor gas adalah besarnya produksi gas nasional.

“Estimasi kami mungkin tidak akan impor gas pada 2019, apalagi jika sumber-sumber gas mulai berproduksi seperti Masela,” kata Arcandra disela forum diskusi Gas-LNG Infrastructure Transport and Logistic di Jakarta, Selasa (21/11).

Selain Blok Masela dengan cadangan 10,73 trillion cubic feet (TCF), ada beberapa blok lain yang diproyeksikan akan menambah produksi gas seperti Blok A Aceh dengan cadangan gas 563 BSCF rencananya akan berproduksi pada kuartal IV 2017.

Lapangan Jangkrik dengan cadangan gas mencapai 2,27 TCF dan telah berproduksi pada kuartal III 2017 sebesar 450 juta kaki kubik per hari (MMSCFD)-600 MMSCFD. Lapangan‎ Jambaran Tiung Biru dengan cadangan 2,5 TCF, akan mulai produksi pada 2020 sebesar 172 MMCFD.

Blok East Natuna dengan cadangan gas 46 TCF. Lapangan Madura telah berproduksi pada kuartal I 2017 sebesar 110 MMSCFD. Proyek Indonesian Deep Water Development (IDD) telah memproduksi gas sebesar 110 MMSCFD dengan cadangan gas 100,41 BSCF.

‎Serta Tangguh Train 3 ditargetkan berproduksi pada kuartal II 2020, sebesar 700 MMSCFD dan Wasambo, berproduksi pada awal 2017 sebesar 70 MMSCFD.

Selain produksi gas yang melimpah, serapan gas domestik dari sektor ketenagalistrikan juga diperkirakan akan berkurang.

Menurut Arcandra, data Kementerian ESDM untuk 2019 produksi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) diproyeksikan sekitar 250 kargo, termasuk dengan proyeksi kebutuhan PT PLN (Persero).

Konsumsi gas PLN diperkirakan juga akan menurun dalam beberapa waktu ke depan menyusul penyesuaian target proyek pembangkit 35 ribu megawatt (MW) yang berimbas pada ditundanya sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga gas. “Kita punya uncommitted berdasarkan alokasi yang tadinya untuk PLN,” tukas Arcandra.

Pada neraca gas 2016 – 2035 yang dirilis Kementerian ESDM sebelumnya, Indonesia diperkirakan akan mulai mengimpor gas pada 2019. Namun demikian data tersebut tidak tepat tanpa mempertimbangkan adanya ketersediaan infrastruktur.

” Saat ini sedang direvisi, akhir tahun ini mudah-mudahan selesai. Dalam narasi neraca gas kita impor 2019 jika kita tidak punya infrastruktur,” tandas Arcandra.(RI)