JAKARTA – PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) atau Antam, badan usaha milik negara di sektor pertambangan akan mengalokasikan bijih nikel kadar tinggi untuk seluruh pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) dalam negeri dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga saat ini. Untuk bijih nikel yang tidak dapat dikonsumsi di dalam negeri akan diekspor. Hal ini bisa dilakukan jika pemerintah merealisasikan rencana relaksasi ekspor mineral mentah.

“Bijih sisa ini mempunyai kadar yang lebih bagus dari bijih nikel dari Filipina sehingga bila bijih nikel dari Indonesia masuk ke pasar ekspor maka akan mensubstitusi bijih nikel dari Filipina,” kata Tedy Badrujaman, Direktur Utama Antam, Rabu (7/9).

Antam, lanjut Tedy, menyambut positif rencana relaksasi ekspor mineral secara terbatas yang digagas oleh pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Bijih mineral memiliki beberapa karakteristik yang tidak seluruhnya dapat diolah di dalam negeri dikarenakan keragaman teknologi pengolahan masing-masing karakteristik mineral bijih dan tingkat keekonomian yang ditentukan oleh besaran investasi dan biaya produksi.

“Pemanfaatan bijih mineral yang belum diolah tersebut dapat dilakukan melalui ekspor bijih mineral mengingat keterbatasan kapasitas pabrik pemrosesan di dalam negeri,” kata dia.

Tedy menegaskan Antam berkomitmen untuk mendukung kebijakan hilirisasi mineral pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan telah berdirinya Pabrik FeNiI, II dan III di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, Pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan, Kalimantan Barat, dan pabrik Pengolahan dan Pemurnian LogamMulia di Pulogadung, Jakarta.

Meski demikian, Antam memiliki produksi bijih hasil tambang yang merupakan by product tambang yang belum ekonomis untuk mensuplai pabrik Antam ataupun pabrik dalam negeri lainnya.”Padahal, ini sangat bernilai di luar negeri sehingga bisa ada tambahan pemasukan bagi negara dan pendanaan bagi proyek pertumbuhan apabila dapat diekspor, dibandingkan hanya sebagai waste tanpa nilai ekonomis,” ungkap dia.

Dengan jumlah cadangan dan sumber daya nikel sejumlah 988,30 juta wmt yang terdiri dari 580,20 juta wmt bijih nikel kadar tinggi dan 408,10 juta wmt bijih nikel kadar rendah, Antam dapat memasok kebutuhan smelter dalam negeri. Dengan demikian harga nikel akan tetap stabil dan minat investor akan tetap tinggi seperti saat ini.

Untuk memanfaatkan cadangan dan sumber daya nikel yang dimiliki, selain melakukan penjualan  bijih domestik, saat ini Antam tengah melaksanakan pembangunan pabrik feronikel berkapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) di Halmahera Timur, Maluku Utara yang direncanakan selesai pada pada 2018.

Untuk mengoptimalkan nilai tambah potensi bauksit yang dimiliki, saat ini Antam bekerja sama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum) sedang melaksanakan pembangunan pabrik Smelter Grade AluminaRefinery (SGAR) Tahap 1 berkapasitas 1 juta ton di   Mempawah, KalimantanBarat yang direncanakan selesai pada tahun 2019.Melalui pengoperasian SGAR, Antam dan Inalum dapat mengolah cadangan bauksit yang ada sehingga Inalum akan memperoleh pasokan bahan baku aluminium dari dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan terhadap impor alumina sekaligus menghemat devisa.

Dalam pengolahan bijih emas, kegiatan hilirisasi Antam telah selesai hinggamenghasilkan produk akhir emas batangan serta memasarkannya. Antam memilikitambang dan pabrik pengolahan emas di Pongkor, Jawa Barat dan Cibaliung,Banten, serta pabrik pengolahan dan pemurnian Logam Mulia berstandarinternasional London Bullion Market Association (LBMA) yang merupakansatu-satunya fasilitas pengolahan dan pemurnian logam mulia di Indonesiayang menjamin kualitas kemurnian produk emas Antam 99,99%.(AT)