JAKARTA – PT Rekayasa Industri (Rekind) akan segera melanjutkan proyek pembangunan pipa gas Cirebon – Semarang (Cisem) sepanjang 235 kilometer. Kepastian kelanjutan proyek pipa Cisem menyusul titik terang pihak yang akan menyerap gas.
Yanuar Bumi Norman,  Direktur Strategi Development and Risk Management Rekind,  mengungkapkan pada akhir Agustus ini Rekind akan melaporkan kondisi terbaru  kelanjutan proyek Cisem kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Pemerintah telah menjanjikan akan ikut membantu mencarikan calon pembeli gas yang berasal dari industri di sekitar Jawa Barat maupun Jawa Tengah.
“Pada 28 Agustus kami report ke Drijen Migas Kementerian ESDM sebelum nanti kami report juga ke BPH Migas. Nanti ada surat dari offtaker surat minat. Kita usahakan kejar MoU (memorandum of understanding),” kata Yanuar saat ditemui Dunia Energi di Gedung Petrokimia Gresik, Jumat (18/8).
Menurut Yanuar,  pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam beberapa tahun ini turut memicu lahirnya berbagai indsutri di sekitar rencana jalur pembangunan pipa Cisem. Untuk itu berbagai potensi pembeli gas juga otomatis lahir.
“Offtakernya tumbuh berkembang, mungkin  dulu offtaker Jabar-Jateng masih sedikit maka belum feasible, sekarang sudah mulai tumbuh,” ungkap dia.
BPH Migas sebelumnya berencana memanggil Rekind sebagai perusahaan penanggung jawab pembangunan Pipa Cisem pada 15 September 2017 mendatang. Pemanggilan tersebut sebagai buntut mangkraknya proyek dengan nilai investasi mencapai US$ 400 juta sejak Rekind memenangkan lelang pada  2006.
“Kita harapkan akhir Agustus sudah punya beberapa calon offtaker yang berniat serius untuk serap,” kata Yanuar.
Menurut Yanuar, selama ini perusahaan tidak mendapatkan kepastian penyerap gas karena itu proyek ini terkesan jalan ditempat. Padahal Rekind tetap melakukan proses pembangunan,  seperti feasibility study (FS). Untuk itu setelah mendapatkan calon pembeli tahap pembangunan bisa langsung segera diteruskan.
Yanuar menjelaskan nantinya pipa Cisem akan melalui jalur yang dimilki  PT Kereta Api Indonesia (KAI). Rekind  akan menyewa lahan milik PT KAI sebesar 90% dari seluruh total ruas lahan yang dibutuhkan. Sisanya sebesar 10% akan disiapkan melalui mekanisme pembebasan lahan.
Rekind menargetkan jika pembebasan lahan rampung maka tahap konstruksi akan bisa langsung dilakukan dan diperkirakan akan memakan waktu selama 33 bulan.
“Setelah September ada tambahan waktu enam bulan lagi kita lakukan re-FS dan butuh capex lebih detail lagi.  Setelah itu baru kita akan konstruksi,” ungkap dia.
Pemerintah sebenarnya sudah sempat menunjuk PT Pertamina Gas (Pertagas),  anak usaha PT Pertamina (Persero)  untuk ikut terlibat dalam rangka mempercepat pembangunan Pipa Cisem pada 2015. Namun Rekind tetap memiliki mayoritas saham sebesar 60%.
Pipa Cisem didesain untuk bisa dilalui gas dalam jumlah kapasitas yang cukup besar yakni 400-500 MMSCFD.  Namun jika dilalui sekitar 250 MMSCFD pun,  pipa tersebut sudah cukup memenuhi nilai keekonomian.
“Katakanlah di 250 MMSCFD itu sudah fleksibel. Kita akan bangun dulu, kalau di bawah 200 MMSCFD sudah tidak feasible,” kata Yanuar.
Selain pembeli gas sebenarnya ada masalah lain dalam proyek pipa Cisem yang tersisa, yakni kesiapan pasokan sumber gas. Hingga saat ini belum ditentukan siapa yang akan memasok gas untuk dilalui di pipa Cisem.
Menurut Yanuar, kesiapan offtaker lebih penting ketimbang kesiapan sumber gas. Karena masih ada beberapa opsi untuk menyediakan gas selain dari gas pipa, yakni juga bisa bersumber dari LNG. “Kalau tidak ada gas pipa ada LNG, masih dibicarakan,” tandas Yanuar. (RI)