JAKARTA – Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan pergantian nama sejumlah menteri di kabinet kerja untuk sisa periode hingga 2019. Archandra Tahar merupakan salah satu nama menteri yang diumumkan untuk menggantikan Sudirman Said sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Faby Tumiwa, Direktur Eksekutif Indonesia for Essential Services Reforms (IESR), mengatakan Menteri ESDM yang baru mengemban sejumlah pekerjaan rumah (PR) yang harus segera diselesaikan. Hal-hal yang menjadi prioritas Menteri ESDM yang baru di antaranya melanjutkan reformasi tata kelola migas dan pertambangan.

“Menteri ESDM yang baru harus melakukan akselerasi implementasi program 35 ribu megawatt (MW), akselerasi pengembangan energi terbarukan sesuai target RPJMN 2015-2019 dan target Kebijakan Energi Nasional 23 persen pada 2025,” ujar Faby kepada Dunia Energi, Rabu (27/7).

Selain itu, kata Faby, Menteri ESDM yang baru juga harus dapat memulihkan investasi sektor hulu migas, di samping pula perubahan rencana pengembangan (plan of development/PoD) untuk pengembangan Blok Masela. “Serta, penguatan kelembagaan dan tata kelola ESDM,” tandas Faby.

Arcandra Tahar sebelum ditunjuk menjadi Menteri ESDM adalah Presiden di Petroneering Houston di Texas, Amerika Serikat. Perusahaan ini bergerak dibidang energi dan minyak. Setidaknya sudah 2 tahun 10 bulan menjabat sebagai Presiden sejak Oktober 2013. Sebelum menjabat sebagai Presiden di Petroneering, Arcandra memiliki posisi sebagai Principal Horton Wison Deepwater Inc sejak Oktober 2009 hingga Oktober 2013. Juga pernah bekerja di AGR Deepwater Development System Inc, di Hydrodynamics Lead Floa TEC LLC dan berbagai perusahaan internasional lainnya.

Menyelesaikan S1 di Teknik Mesin ITB dan kemudian bekerja di Andersen Consulting demi memiliki uang agar dapat melanjutkan kualiahnya ke S2 nya di Amerika. Arcandra melihat ada peluang sebab waktu itu PT Timah membuka beasiswa S2 dan pria ini sangat yakin bisa lolos seleksi.

Kuliah S2 di Texas A&M University Amerika diselesaikan dengan baik hingga kembali ke Indonesia malah berniat membenahi PT Timah yang waktu itu kondisinya sekarat. Dengan mempertimbangkan banyak hal, akhirnya dirinya malah melanjutkan S3 di Amerika juga dengan beasiswa.(RA)