JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat penghematan devisa hingga Rp 28, 5 triliun melalui penyaluran bahan bakar nabati (BBN) jenis biodiesel hingga kuartal I 2016. Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, mengatakan produksi biodiesel kuartal I 2016 mencapai 884.000 kiloliter (KL) atau 13,6% dari target sepanjang tahun ini sebesar 6,48 juta KL.

“Realisasi penyaluran domestik (PSO&non PSO) kuartal I 2016 sebesar 710.103 KL atau menghemat devisa Rp 28, 5 triliun. Penurunan emisi CO2 1, 06 juta ton,” katanya.

Menurut Rida, investasi sektor bioenergi selama kuartal I 2016 sebesar US$ 0, 25 miliar atau 80, 65% dari target sepanjang tahun US$ 0, 31 miliar.

Implementasi pelaksanaan program pencampuran  BBN 20% dengan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar (B20), hingga kini masih menghadapi tantangan. Alhasil, target pelaksanaan program B20 belum mencapai target.

“Tingginya disparitas harga menyebabkan beberapa badan usaha pemegang izin usaha niaga umum BBM masih ada yang belum mencampur. Solusinya, kita tingkatkan terus sidak/kunjungan lapangan agar terjadi equal treatment (semua BU mencampur). Kemudian, masih adanya kendala infrastruktur. Solusinya, pada tahun 2016 dibangun sarpras BBN di 16 TBBM Pertamina,” ungkap Rida.

Tantangan lainnya, adanya kendala operasi badan usaha BBN, solusinya dengan mengkaji sistem switching pasokan karena kapasitas terpasang saat ini sudah mencapai 8, 6 juta KL, sangat cukup untuk mensupport program B20. “Asumsi target produksi biodiesel tahun ini 3, 6 juta untuk PSO dan listrik,  serta 2, 8 juta untuk non PSO,” tandas Rida.(RA)