JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi ekspor nikel kadar rendah hingga semester pertama masih jauh dari harapan. Bahkan, tidak mencapai 10% dari izin yang diberikan.

Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, mengatakan realisasi ekspor nikel (ore) pada semester I tahun 2017 baru mencapai 403 ribu ton, dari rekomendasi ekspor sebesar 8,16 juta ton.

“Ekspor ore itu diberikan untuk mengetahui dan memberikan insentif kepada yang serius membangun (smelter). Kalau dia tidak memenuhi progress, (rekomendasi ekspornya) dicabut. Siapa yang serius, sesuai kapasitas smelter dia akan dapat izin ekspor,” ujar Bambang di Jakarta, Rabu.

Salah satu perusahaan yang mendapat izin ekspor nikel kadar rendah adalah PT Aneka Tambang Tbk (Persero) Tbk (ANTM). Badan usaha milik negara di sektor pertambangan tersebut telah mendapat rekomendasi ekspor sebesar 2,7 wet metrik ton (WMT) bijih nikel.

Pada 30 Mei 2017, Antam telah memulai penjualan bijih nikel kadar rendah ke luar negeri seiring dengan diperolehnya rekomendasi ekspor bijih mineral dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada tahap awal, Antam telah mengekspor 165 ribu WMT bijih nikel ke Tiongkok. Total pada paruh pertama tahun ini ekspor bijih nikel kadar rendah Antam mencapai 275.513 WMT. Selain itu, Antam juga menjual 50.500 WMT bijih nikel ke pasar domestik.(RI)