JAKARTA – PT Pupuk Indonesia siap menyerap gas Masela asalkan harga gas cocok dengan nilai keekonomian yang sesuai dengan perhitungan perusahaan. Harga gas yang yang wajar menurut Pupuk Indonesia adalah sebesar US$ 3/MMBTU.
Gusrizal, Direktur Investasi Pupuk Indonesia mengungkapkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah menerima laporan terkait kesiapan Pupuk Indonesia dalam menyerap gas Masela.
Kalaupun ada negosiasi harga maka maksimal harga yang bisa diterima  Pupuk Indonesia hanya sebesar US$ 3,7 / MMBTU,  itupun harus ditambah dengan insentif dan ketersediaan infrastruktur yang disiapkan pemerintah.
“Kita bisa US$ 3,7 kalau ada tax insentif, misalnya tax holiday itu kita bisa. Minggu lalu sudah dibahas dengan pak wamen ESDM akhirnya bola di Kementerian Keuangan nantinya,” kata Gusrizal saat ditemui di Gedung Petrokimia Gresik, Jakarta,  Jumat (18/8).
Lebih lanjut Gusrizal mengungkapkan pihak penyerap gas hanya tinggal menunggu keputusan pemerintah untuk bisa menetapkan keputusan yang bisa mengungtungkan penyerap maupun penjual gas.
Gusrizal menegaskan Pupuk Indonesia tidak akan bisa menyerap harga gas Masela jika harganya diatas US$ 4 per MMBTU.
“Tidak akan bisa, terlalu berat. Tapi kan kita tidak boleh putuskan sekarang kita cari dulu jalan keluarnya yang terbaik,” ungkap dia.
Pupuk Indonesia masih belum memutuskan produk apa saja yang akan dihasilkan dari gas Masela. Namun Gusrizal memastikan pengembagannya akan dilakukan di sekitar Masela sesuai dengan arahan pemerintah.
Dia menjelaskan perusahaan siap menyerap gas Masela dengan kapasitas sebesar 250 MMSCFD. Sisanya akan diserap oleh perusahaan lain. Sejauh ini ada dua perusahaan lain yang juga diundang pemerintah yakni Sojitz dan PT Elsoro Multi Pratama.
“Produknya masih open. Misalnya jika petrokimia nanti bisa ciptakan nilai tambah kita lari kesana kalau pupuk yang lebih baik ya kita kesana (Pupuk),” ujar Gusrizal.
Harga gas dari pihak Inpex Corporation sebesar US$ 5,86 / MMBTU flat selama masa kontrak dianggap masih belum sesuai dengan keekonomian para perusahaan penyerap gas.
Menurut Gusrizal,  ada beberapa faktor yang membuat harga yang ditawarkan Inpex tidak sesuai dengan perhitungan perusahaan penyerap gas, di antaranya adalah belum tersedianya infrastruktur. Padahal para penyerap gas harus membangun berbagai fasilitas sendiri dari nol di daerah yang terbilang masih marginal.
“Harga dari Inpex sebenarnya bagus juga sudah flat tapi kan tidak ada infrastruktur, remote juga. Demand center masih di Jawa sementara nantinya suply kita di laut sana,” ungkap dia.
Pemerintah sebelumnya menyatakan tengah mengkaji berbagai opsi yang bisa digunakan untuk bisa membuat gas Masela terserap oleh industri dalam negeri. Salah satu opsi tersebut bahkan menurunkan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).(RI)