CILEGON – Proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya unit 9 dan 10 berkapasitas 2×1.000 megawatt (MW) direncanakan konstruksi pertengahan tahun ini. PLTU Suralaya yang berlokasi di Cilegon, Provinsi Banten tersebut dikelola oleh PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero).

Amlan Nawir , General Manager Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya, mengatakan saat ini PLTU Suralaya terdiri dari tujuh unit pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara.

“Pembangunan PLTU Suralaya 9 dan 10 selama 3 tahun, jadi diharapkan selesai 2022. Investasi Rp 40 triliun, menggunakan teknologi ultra super kritikal sehingga penggunaan bahan bakar lebih efisien 40%,” kata Amlan ketika ditemui di Cilegon, Banten, Sabtu (24/3)

Indonesia Power mengeIoIa operasi dan pemeliharaan pembangkit sebesar 14.826 MW, yang terdiri dari delapan unit pembangkit, yakni Suralaya, Semarang, Perak Grati, Saguling, Bali, Mrica, Priok, serta Kamojang. Selain itu, Indonesia Power juga mengoperasikan 13 pembangkit milik PLN.

Amlan mengatakan, saat ini PLTU Suralaya yang terdiri dari tujuh unit pembangkit listrik dengan total kapasitasnya 3.400 MW yang mensupport 18% sistem kelistrikan Jawa-Bali yang sebanyak 25-26.000 MW. Pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar batu bara kalori 4900-5100 yang berasal dari Sumatera dan Kalimantan.

“Kebutuhan batu bara satu hari sekitar 35.000 ton, dari PTBA, Berau, Adaro, Kideco,” kata Amlan.(RA)