JAKARTA – PT Rekayasa Industri (Rekind) akan mulai konstruksi pembangunan proyek pembangunan pipa Cirebon-Semarang pada Juli 2018. Proyek pipa Cirebon – Semarang merupakan satu dari tiga proyek pipa yang dikejar realisasinya pada 2018. Dua proyek lain adalah proyek Kalimantan Jawa (Kalija) ruas II serta proyek Gresik – Semarang.

M. Fashurullah Asa, Kepala Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, mengatakan sejak tahun lalu komunikasi intensif terus dilakukan antara BPH Migas dan Rekind untuk mendorong realisasi pembangunan proyek pipa yang sudah mangkrak sejak 2006 tersebut.

Rekind lanjut Fanshurullah sudah diberikan peringatan keras untuk segera dan harus bisa mulai pembangunan pembangunan pipa sepanjang 235 kilometer (km) itu pada tahun ini.

“Mereka (Rekind) janjikan ke BPH Migas dikunci dengan notulen bahwa Juli 2018 mulai grounbreaking,” kata Fanshurullah saat ditemui di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, Selasa (9/1).

Proyek pipa Cirebon-Semarang diperkirakan menghabiskan biaya investasi sekitar US$ 400 juta. Proyek tersebut didesain untuk bisa dilalui gas dalam jumlah kapasitas yang cukup besar yakni 400-500 MMSCFD.

Pihak Rekind juga berencana menggandeng Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jawa Barat dan Jawa Tengah untuk bergabung bersama PT Pertamina Gas (Pertagas),  anak usaha PT Pertamina (Persero)  untuk ikut terlibat dalam rangka mempercepat pembangunan pipa Cirebon-Semarang.

“Kami panggil sudah (Rekind), mereka sudah ketemu sama BUMD Jawa barat, Jawa Tengah mereka mau joint sama Pertagas,” kata Fanshurullah.

BPH Migas sebelumnya merencanakan proyek pipa Cirebon-Semarang akan melalui jalur yang dimilki  PT Kereta Api Indonesia (KAI). Rekind  akan menyewa lahan milik PT KAI sebesar 90% dari seluruh total ruas lahan yang dibutuhkan. Sisanya sebesar 10% akan disiapkan melalui mekanisme pembebasan lahan.

Jika pembebasan lahan rampung dan berjalan lancar maka tahap konstruksi akan bisa langsung dilakukan dan diperkirakan akan memakan waktu selama 33 bulan.

Menurut Fanshurullah, tidak ada lagi alasan untuk menunda pembangunan pipa Cirebon-Semarang. Pasalnya saat ini industri yang dilalui jalur pipa sudah bertransformasi menjadi wilayah industri dan merupakan market bagus untuk bisnis gas.

Terlebih proyek pipa ini juga termasuk dalam Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional (RIJTDGBN) 2012-2025.

“Cirebon-Semarang itu layak. Kan ada pengembangan wilayah Patimban disana, lalu bandara Kertajati kawasan industri banyak ada di Cirebon dan Semarang dari logika sehat kan sudah ada (calon konsumen gas),” kata Fanshurullah.(RI)