JAKARTA – Penyelesaian pembangunan Kilang Tuban dan revitalisasi Kilang Cilacap diproyeksi molor. Hal tersebut disebabkan perubahan strategi PT Pertamina (Persero) untuk melindungi kondisi keuangan perusahaan.

Rachmad Hardadi, Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina, mengatakan penyesuaian target rampung kilang hanya dialami dua kilang yang dikerjakan bersama dengan mitra, yakni Kilang Tuban yang dibangun bersama Rosneft dan pengembangan Kilang Cilacap yang menggandeng Saudi Aramco.

Proses pembangunan dua kilang tersebut kini terhenti sementara karena masih dilakukan negosiasi antara Pertamina dengan kedua mitra tentang poin kerja sama, yakni kewajiban Pertamina untuk menyerap semua produk kilang.

“Cilacap tadinya 2022, terus waktu itu kan ada keinginan speed up ke 2021. Tapi speed up itu challenge. Sekarang dari 2022 ke 2023. Untuk Kilang Tuban, tadinya kan 2021-2022 , sekarang mundur ke 2023 akhir,” kata Rachmad kepada Dunia Energi saat ditemui di Jakarta, Selasa malam (6/6).

Salah satu pokok pembahasan adalah Pertamina tidak menyerap seluruh produk kilang melainkan sesuai dengan sharing equity di masing-masing proyek. Hal ini penting karena dalam aturan baru yang diterapkan International Financial Reporting Standards (IFRS) jika Pertamina menyerap seluruh produk maka beban utang mitra untuk membiayai pembangunan kilang akan tercatat di keuangan Pertamina.

“Kalau 100 persen di off take Pertamina, beban utang mitra itu terbukukan di kita. Kalau sesuai dengan sharing equity, ya sesuai sharenya saja yang dibukukan,” ungkap Rachmad.

Untuk Kilang Tuban dan Cilacap Pertamina memiliki share equity masing-masing sebesar 55% dan mitra sebesar 45%.

Menurut Rachmad, saat ini Saudi Aramco tengah membahas pengajuan perubahan term and condition secara internal. Pertamina belum bisa memastikan kapan Saudi Aramco memberi jawaban. Hal sama juga dipastikan akan terjadi setelah Pertamina bertemu dengan Rosneft.

Dengan adanya proses maka dipastikan tahapan pembangunan kilang belum bisa dilanjutkan sebelum tercapainya kesepakatan.

“Kami segera staring comitte sama Rosneft. Kalau yang Saudi Aramco sudah sebulan yang lalu,” kata dia.

Dengan adanya proses ini maka target pembangunan kedua kilang tersebut dimundurkan paling tidak selama satu atau dua tahun.

Namun Pertamina meyakinkan kemunduran jadwal ini tidak akan menganggu target pemerintah yang menghendaki seluruh program pembangunan dan revitalisasi kilang Pertamina bisa rampung pada 2025.

“Sebenarnya sih tidak mundur dari target pemerintah, kalau dari sisi waktunya dari tadinya 2021, sudah mundur ke 2023, tentu kan ada waktu dua tahun ini (sebelum 2025). Ini informasi awal sudah kita sampaikan ke mereka (partner), ” kata Rachmad.(RI)