JAKARTA – PT PLN (Persero) menyatakan akan segera merealisasikan proyek pembangunan lebih dari 10 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang pada tahun ini. Realisasi pembangunan pembangkit tersebut akan tertuang dalam revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017–2026.

Sofyan Basir, Direktur Utama PLN, mengungkapkan pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menjanjikan persetujuan revisi RUPTL dalam waktu dekat. Poin utama dalam revisi tersebut adalah penambahan rencana pembangunan pembangkit mulut tambang yang tersebar di Kalimantan dan Sumatera.

“Semua posisi diperkuat saja, wellhead masuk baru. Jadi dibakukan mulut tambang dan mulut gas,” kata Sofyan saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Selasa malam (7/3).

Pengajuan perubahan lokasi beberapa pembangkit tersebut sebagai upaya PLN meningkatkan efisiensi demi mendapatkan bahan baku yang lebih murah, sehingga PLN hanya perlu menyediakan transmisi saja.

Menurut Sofyan, untuk tahun ini ada lebih dari 10 pembangkit yang diusulkan dalam revisi RUPTL dengan kapasitas antara 2×100 megawatt (MW) sampai 2×300 MW. Dua produsen listrik swasta (independent power producer/IPP) telah menyatakan berminat untuk memulai pembangunan pembangkit tersebut.

“IPP yang mau baru dua. Mulut tambang yang banyak, sudah lebih dari 10 pembangkit baru nanti teken segera sampai Juni,” tambahnya.

Pembangunan pembangkit mulut tambang nantinya akan melalui proses lelang untuk memilih pengembang. Hal tersebut harus diambil karena banyak peminat pembangkit mulut tambang.

“Mulut tambang banyak yang mau. Ada tambang di sini, transmisinya di sini, melewati semua titik, nah beauty contest nanti,” ungkap Sofyan.

Selain itu, PLN juga berencana memasukan revisi pembangunan PLTU mulut tambang Sumsel 8 dalam revisi RUPTL. Jadwal pengoperasian pembangkit tersebut pada 2023 atau empat tahun lebih lambat dari rencana awal 2019. “Belum kita masukin, mungkin kita masukin (ke revisi RUPTL),” tandasnya.(RI)