BOJONEGORO – Proyek Gas Jambaran Tiung Biru (JTB) memulai tahap konstruksi fisik seiring prosesi peletakkan batu pertama oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, Senin (25/9). Proyek Jambaran Tiung Biru ditargetkan mampu memproduksi gas dengan kapasitas sebesar 172 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) selama 16 tahun.

Menurut Jonan, pengembangan lapangan JTB sempat terkendala karena besarnya biaya pengembangan lapangan yang menyebabkan harga gas tinggi sehingga tidak dapat dijangkau pembeli akhir gas. Namun setelah dilakukan kajian dan koordinasi dengan PT Pertamina (Persero) akhirnya biaya pengembangan lapangan yang diperkirakan memiliki potensi sebesar 1,9 triliun cubic feet (TCF) dapat ditekan sehingga berujung pada harga gas yang lebih kompetitif.

“Efisiensi capex pengembangan lapangan dari sebelumnya US$ 2,1 miliar menjadi US$ 1,5 miliar, sehingga menyebabkan harga gas yang lebih terjangkau oleh pembeli akhir,” ujar Jonan.

Selain efisiensi belanja modal (capex) yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Cepu (PEPC) selaku operator lapangan, keputusan penting lainnya adalah akuisisi proyek JTB oleh Pertamina dari Exxonmobil. Akuisisi tersebut membuat Pertamina menguasai 90% hak partisipasi dan 10% selebihnya dikuasai pemerintah daerah melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Disisi lain, PT PLN (Persero) yang menjadi konsumen utama gas JTB akan menyerap lebih dari 50% produksi gas untuk kebutuhan pembangkit listrik miliknya. PLN dan Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Gas telah menandatangani head of agreement (HoA) untuk pengaliran gas dengan volume pasokan gas 100 MMSCFD.

“Harga gas untuk PLN sebesar US$ 7,6 MMBTU selama masa kontrak di pembangkit listrik PLN yang berlokasi di Gresik dan Tambak Lorok,” ungkap Jonan.

Menurut Jonan, dengan cadangan gas yang cukup besar, pembangunan, pengelolaan, dan pemanfaatan Lapangan Gas JTB akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat terutama di Kabupaten Bojonegoro dan Provinsi Jawa Timur serta Kabupaten Blora dan Provinsi Jawa Tengah.

Proyek Jambaran Tiung Biru rencananya dikerjakan selama empat tahun hingga ditargetkan selesai pada 2021.

Syamsu Alam. Direktur Hulu Pertamina menegaskan pengerjaan proyek JTB harus dilakukan pada tahun ini agar tidak terlambat on stream atau produksi. “Karena pengerjaannya tidak boleh terlambat untuk memastikan nilai keekonomian proyek, ya awal 2021 sudah selesai harusnya,” kata Syamsu.(RI)