JAKARTA – CWP Energy Asia, InterContinental Energy dan Vestas, konsorsium pengembang proyek The Asian Renewable Energy Hub (AREH) menawarkan untuk memasok tenaga listrik ke Indonesia melalui kabel elektrik bawah laut. AREH merupakan proyek pembangkit tenaga angin dan matahari berkapasitas hingga enam gigawatt yang dibangun di Pilbara, Australia Barat.

“Sumber daya angin dan matahari, jika disinergikan mempunyai potensi yang sangat besar untuk menyediakan energi terbarukan yang dapat diandalkan dan harga yang bersaing lintas daerah,” ujar Alexander Hewitt, Managing Director CWP Energy Asia.

Meskipun listrik yang dihasilkan berasal dari Australia, peralatan yang akan menghasilkan sumber daya angin dan matahari akan dikembangkan di Indonesia. Oleh karena itu, proyek ini bisa menciptakan pekerjaan terampil terbaru, teknologi tinggi dan terbaru, memperbaharui rantai pasokan loka dan teknologi. Serta transfer ilmu pengetahuan.

Pada 2025, AREH diklaim mampu menyediakan tenaga listrik yang bisa diandalkan dan memiliki harga terjangkau, sehingga bisa mendukung upaya Indonesia memenuhi kebutuhan listrik masyarakat dan memenuhi target energi terbarukan. Selain itu, AREH juga bisa mengatasi tantangan terkait pasokan energi jangka panjang, yaitu dengan adanya kalkulasi harga listrik yang stabil secara jangka panjang, karena tidak dibutuhkan biaya lagi untuk pemanfaatan tenaga angin dan matahari, termasuk tidak perlu adanya perhitungan pembayaran emisi karbon.

Lokasi proyek AREH yang berdekatan dengan Indonesia, dikombinasikan dengan kemajuan teknologi kabel bawah laut yang diklaim mumpuni, memungkinkan transmisi listrik dengan jarak jauh secara hemat biaya. Dengan demikian ada kesempatan terciptanya jaringan energi baru terbarukan untuk kawasan Asia Tenggara.

Menurut Hewitt, seiring peningkatan kemampuan pemindahan energi jarak jauh, penghubung energi terbarukan di Asia merupakan proposal menarik untuk Indonesia. “Tidak hanya untuk pasokan energi, tetapi juga untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Rabu (29/11).

Alexander Tancock, Managing Director InterContinental, mengatakan eksplorasi kondisi pantai di Barat laut Australia telah dilakukan sejak dua tahun lalu dan menemukan lokasi yang sangat baik. Dengan luas hampir tiga kali lebih besar dari Bali, tempat tersebut mempunyai karakteristik geografis dan topografis yang sangat unik dan dapat menghasilkan sumber daya angin dan matahari yang lebih dari ukuran standar.

“Sumber daya angin dan matahari juga saling melengkapi dengan banyaknya matahari di siang hari dan angin kencang di pagi, sore dan malam hari. Karena itu kami dapat menghasilkan energi di Indonesia dengan harga yang sangat bersaing,” ungkap Tancock.(AT)