JAKARTA – Program Sumba Iconic Island (SII) diusulkan masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pasalnya program ini telah tercantum dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Tahun Anggaran 2017.

Pengembangan Pulau Sumba sebagai pulau ikonik energi terbarukan merupakan suatu kegiatan yang telah diinisiasi sejak 2010 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Hivos.

“Kemajuannya sangat baik. Investornya ada PT Pertamina (Persero), PT. LEn Industry, EREN/PACE swasta dari Thailand, MCA-I,” ungkap Maritje Hutapea, Direktur Aneka Energi Terbarukan Kementerian ESDM, kepada Dunia Energi, Rabu (16/11).

Maritje menjelaskan, program ini bertujuan untuk menyediakan akses energi yang dapat diandalkan kepada masyarakat yang tinggal di pulau berukuran kecil dan sedang di Indonesia, melalui pengusahaan energi terbarukan. Target program tersebut adalah mewujudkan ketersediaan energi yang berasal dari energi baru terbarukan sebesar 10% pada 2020.

Dalam program SII nantinya LEN Industry akan membangun PLTS kapasitas 10 MW secara bertahap, dimulai pada tahun 2017 dengan kapasitas 1 MW. Ditjen EBTKE akan menfasilitasi terkait biaya investasi tambahan dari PLTS ini dengan MCAI.

Sementara, Pertamina berkomitmen untuk mengembangkan energi terbarukan di Pulau Sumba dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) berkapasitas 1 MW di Hambapraing, Sumba Timur.

Program Pulau Sumba sebagai Pulau Ikonik energi terbarukan merupakan program yang dapat mendorong perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Pulau Sumba telah dipilih sebagai ikon pulau energi terbarukan (The Iconic Island of Renewable Energy) berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Hivos/Winrock Internasional,” ujar Maritje.

Sejumlah pertimbangan pemilihan Pulau Sumba, antara lain karena mempunyai akses terhadap energi modern yang rendah (rasio elektrifikasi sebesar 24,5% pada 2010), ketergantungan Pulau Sumba pada pembangkit listrik tenaga diesel (85 % pembangkit listrik dari BBM) yang dikirim dari daerah lain sehingga memerlukan biaya pengangkutan yang mahal.

“Pulau Sumba kaya akan potensi energi terbarukan (air, bioenergi, angin, dan matahari), dan sekitar 20% penduduk Sumba masih tergolong miskin,” tandas Maritje.(RA)