JAKARTA – PT Pertamina EP Cepu (PEPC), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang memiliki hak partisipasi sebesar 45 persen di Blok Cepu, perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, membukukan kenaikan produksi minyak net to share signifikan sebesar 64 persen hingga kuartal III 2016 menjadi 74 ribu barrel oil per day (BOPD) dibandingkan kuartal III 2015 sebesar 45 ribu BOPD.

Menurut Adriansyah, Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu (PEPC), peningkatan net to share minyak bagi PEPC tersebut ditopang kenaikan produksi Lapangan Banyu Urip Blok Cepu yang melebih target 165 ribu barel per hari. Peningkatan produksi juga ditopang fasilitas produksi utama (central production facilities/CPF) dan kolam penampungan (reservoir) yang bekerja dengan sangat baik.

“Capaian produksi ini melampaui rencana kerja kami tahun ini, bahkan kami diminta untuk menaikkan produksi minyak menjadi 200 ribu BOPD untuk Blok Cepu atau sekitar 78 Ribu BOPD untuk PEPC,” ujar Adriansyah di Jakarta.

Kantor PT Pertamina EP Field Cepu.

Lapangan Banyu Urip Blok Cepu menjadi salah satu andalan pemerintah dan mengejar target produksi minyak siap jual (lifting). Dalam APBN 2016, produksi dari blok ini ditargetkan hanya 161 ribu barel per hari, namun targetnya terlewati.  Pemerintah memproyeksikan produksi minyak dari Blok Cepu tahun depan mencapai 200 ribu BOPD untuk menopang pencapaian target lifting sebesar 815 ribu BOPD.

Adriansyah berharap PEPC menjadi bagian dari cita-cita besar PT Pertamina (Persero) menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia. Kemitraan dengan perusahaan energi kelas dunia seperti ExxonMobil Corp turut menunjukkan PEPC sebagai entitas bisnis yang memiliki reputasi tinggi dan profesional.

“Pengembangan lapangan migas di Blok Cepu diharapkan dapat mendukung upaya menjaga ketahanan energi nasional dan mengangkat Indonesia kembali menjadi produsen migas yang diperhitungkan di dunia internasional,” katanya.

Adriansyah juga menjelaskan, ke depan pengembangan yang dilakukan di Blok Cepu tidak lagi pada produksi minyak, namun gas. Pengembangan yang dilakukan antara lain Lapangan Jambaran-Tiung Biru yang ditargetkan on stream pada 2019. Apalagi, PEPC dipercaya sebagai operator pengembangan lapangan gas unitisasi Jambaran-Tiung Biro dengan  kapasitas desain produksi sebesar 330 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). “Saat ini kegiatan early civil work sudah berlangsung,” ujarnya.

Dirgo D Purbo, analis dan dosen ketahanan energi pada Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), mengapresiasi peningkatan produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip Blok Cepu. Apalagi, lapangan Banyu Urip  sampai saat ini menjadi andalan bagi produksi migas, tidak hanya bagi Pertamina namun juga untuk nasional.

“Dalam beberapa waktu ke depan, Banyu Urip masih jadi andalan karena cadangan terbesar minyak Indonesia saat ini ada di sana,” ujarnya.

Menurut Dirgo, target produksi minyak Blok Cepu pada tahun depan realistis  tanpa harus mengabaikan aspek tata kelola resevoir yang ada. Ditambah lagi kemungkinan besar harga minyak juga akan mengalami kenaikkan di akhir tahun dan berlanjut pada kuartal I tahun 2017

“Untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi Lapangan Banyu Urip tentunya dengan menerapkan optimize reservoir management sesuai dengan kapasitas layer/zona produksi,” katanya.

Komaidi Notonegoro, Direktur ReforMiner Institute, mengakui produksi Blok Cepu saat ini menuju peak production sehingga net to share kepada Pertamina juga meningkat. Selain itu, kenaikan produksi juga ditopang oleh infrastruktur dan fasilitas produksi Blok Cepu yang makin lengkap sehingga produksi bisa dinaikkan mencapai  level 200 ribu BOPD.

Menurut Komaidi, saat ini Blok Cepu menjadi andalan peningkatan lifting karena porsinya yang signifikan. Di sisi lain, dia menyarankan kepada pemerintah melalui BUMN maupun kontraktor kontrak kerja sama migas yang lain untuk mengembangkan lapangan-lapangan produktif seperti Blok Cepu.

“Kegiatan eksplorasi harus ditingkatkan. Tanpa ada temuan lapangan baru yang signifikan produksi migas kita akan turun terus. EOR (Enhanced Oil Recovery) salah satu yang bisa menolong untuk menghabat laju penurunan tetapi penemuan cadangan baru adalah kuncinya,” ujarnya.

Cadangan migas di Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu ditemukan pada 2001. Kontrak kerja sama Blok Cepu ditandatangani pada 17 September 2005 dengan Mobil Cepu Limited (MCL), anak usaha ExxonMobil Corp,sebagai operator. MCL memegang 45 persen saham partisipasi, bersama Pertamina EP Cepu yang memegang 45 persen saham, dan Badan Kerja Sama Blok Cepu (BKS) dengan 10 persen saham. Rencana pengembangan lapangan disetujui Menteri ESDM pada 15 Juli 2006. Cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip diperkirakan sebesar 445 juta barel. (RA/DR)