JAKARTA – Pemerintah memproyeksikan produksi minyak bumi 2017 maksimal hanya sampai 98% dari target. Hal itu tercermin dari capaian produksi minyak pada Oktober yang hanya mencapai 805 ribu barel per hari (bph). Untuk gas, realisasi hingga Oktober mencapai 7.596 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Ego Syahrial, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan pemerintah masih punya waktu hingga tiga bulan kedepan untuk menjaga performa produksi minyak sehingga mendekati target Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 sebesar 815 ribu bph.

Menurut Ego, tidak tercapainya target produksi minyak pada tahun ini tidak perlu dikhawatirkan karena yang lebih penting adalah hasil dari produksi siap jual (lifting) alias penerimaan negara dari penjualan minyak.

“Dari sisi target tidak akan jauh dari 98%, yang penting dari sisi rupiahnya,” kata Ego kepada Dunia Energi, Selasa (10/10).

Ego menegaskan Menteri ESDM Ignasius Jonan sampai turun tangan langsung untuk mewanti Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) menjaga kestabilan produksi minyak.

“Sekarang Pak Jonan keras sekali soal unplan shut down. Kalau Pak Jonan dan kita juga tidak turun tangan bisa lebih jeblok lagi (produksi),” tukas dia.

Ego menyebut tidak mudah untuk menjaga produksi lapangan-lapangan migas Indonesia, apalagi jika dipaksakan meningkatkan produksi karena kondisi lapangan yang sudah mature.

Selain itu berbagai permasalahan juga kerap dialami kontraktor, tidak hanya masalah teknis, misalnya saja cuaca sehingga menghambat proses pengangkutan minyak hasil produksi. Karena itu meleset 2%-5% dari target masih cukup wajar dalam industri migas.

“Spiritnya 98% tercapai. Kalau dalam industri migas itu deviasi 5% itu wajar, ini kan cuma 2% saja, tidak ada masalah,” tandas Ego.(RI)