JAKARTA-PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu minyak dan gas bumi, mencatatkan kinerja fenomenal sepanjang 2017. Hal itu terbukti dari kenaikan produksi minyak yang  mendorong peningkatan pendapatan dan laba bersih perusahaan.

“Alhamdulillah, kinerja PHE sepanjang 2017 cukup fenomenal (excellence) dari berbagai aspek, terutama zero fatality karena setiap operasi dilakukan dengan first safety first. Realisasi produksi dan finansial juga meningkat,” ujar R Gunng Sardjono Hadi, Presiden Direktur PT Pertamina Hulu Energi di Jakarta, Selasa (13/2).

Produksi minyak PHE tercatat naik menjadi 69,3 ribu barel per hari (BPH) dari  proyeksi dalam rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) 2017 sebesar 64,5 ribu BPH. Pencapaian produksi ini juga lebih baik dibandingkan 2016 yang tercatat 62,588 BPH.

Sementara itu, produksi gas PHE pada 2017 turun dari target 768,5 juta standar kaki kubik per hari (MMScfd) hanya tercapai 723,5 MMScfd. Namun, produksi gas PHE pada 2017 naik tipis dibandingkan realisasi 2016 yang tercatat 722 MMScfd. “Realisasi produksi gas 2017 tak sesuai proyeksi karena penyerapannya tidak maksimal sehingga monetisasi berkurang,” ujarnya.

PHE Offshore North West Java (PHE ONEJ)  masih memberi kontribusi terbesar, disusul PHE West Madura Offshore (WMO), dan Joint Operating Body Pertamina Hulu Eneri Tomori.

Tahun ini, PHE memproyeksikan produksi minyak sebesar 70.407 BPH dan gas 771,07 MMSCfd. Sementara lifting minyak ditargetkan 68,08 ribu BPH dan gas 589 MMScfd.

Gunung mengatakan, kinerja positif sektor produksi PHE berpengaruh signifikan terhadap kinerja finansial. Hal itu terbukti dari capaian pendapatan dan laba bersih yang naik  masing-masing 30% dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Pendapatan usaha PHE sepanjang 2017 (audited) mencapai US$ 1,99 miliar. Realisasi pendapatan ini  naik dibandingkan realisasi 2016 yang   hanya US$ 1,5 miliar. Sedangkan laba bersih 2017  sebesar US$259,88 juta, naik dibandingkan 2016 yang hanya US$ 191 juta.

Menurut Gunung, pencapaian pendapatan usaha tahun lalu 112% dari target dalam rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) sebesar US$ 1,778 miliar atau  106% dari target revisi RKAP yang tercatat US$ 1,89 miliar.  “Untuk 2018, kami memproyeksikan pendapatan usaha US$ 1,97 miliar,” ujarnya.

Adapun laba bersih perseroan tahun lalu tercatat 165% dari RKAP sebesar US$ 151,78 juta dan 148% dari RKAP revisi sebesar US$ 170 juta. Sedangkan target laba bersih tahun ini diproyeksikan US$ 211,2 juta.

Gunung juga menjelaskan, anggaran biaya operasi (ABO) dan anggaran biaya investasi (ABI) perseroan tahun lalu juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2017, ABO PHE mencapai US$ 858,29 juta, naik dibandingkan realisasi 2016 sebesar US$ 649,58 juta. Adapun ABI tercatat US$ 488,11 juta, lebih tinggi dibandingkan ABI 2016 yang mencapai US$ 300,31 juta. “ Untuk tahun ini, ABO kami proyeksikan US$ 1,07 miliar dan ABI sebesar US$ 53,54 juta,” katanya. (DR)