JAKARTA – PT Freeport Indonesia, pengelola tambang emas dan tembaga Grasberg, Papua mencatatkan penurunan produksi ore konsentrat. Penurunan produksi merupakan imbas aksi mogok pekerja Freeport hingga berujung pada langkah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

“Freeport mengalami penurunan produksi rata-rata sekarang 140 ribu – 160 ribu ton ore konsentrat per hari,” kata Bambang Susigit, Direktur Pembinaan, Pengusahaan Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, Rabu (5/7).

Menurut Bambang, produksi rata-rata saat ini jauh dibawah produksi normal Freeport sebesar 270 ribu ton per hari. Bahkan masih dibawah target yang sempat disepakati dengan pemerintah.

“Dari rencana 194 ribu ton per hari, artinya tidak normal. Pernah kemarin sebelum lebaran 110 ribu ton per hari,” ungkap dia.

Bambang memaparkan salah satu penyebab penurunan produksi yang dilaporkan Freeport Indonesia kepada pemerintah adalah akibat adanya aksi pemogokan kerja karyawan yang akhirnya berujung pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Sekitar 3.000 karyawan yang dinyatakan mengundurkan diri itu lantaran mereka tidak masuk kerja tanpa keterangan jelas. Sebanyak 3.000-an pekerja itu memilih mogok sejak awal Mei.
Pemerintah, kata Bambang, telah berupaya menengahi hubungan antara karyawan dan

Freeport Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industri (PHI) Kementerian Tenaga Kerja. Namun ternyata belum mencapai titik temu yang bisa disepakati kedua pihak.

PHK sebenarnya bukan merupakan keinginan Freeport namun ketidakhadiran para pekerja dianggap sebagai mengundurkan diri karena sesuai dengan perjanjian yang disepakati dalam kontrak kerja antara karyawan dan perusahaan.

“Penurunan produksi kaitaannya dengan PHK, Dirjen PHI sudah kesana, PHK ini bukan Freeport yang mau. Dianggap mengundurkan diri karena melakukan demo tidak sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB),” ungkap Bambang.

Riza Pratama Juru Bicara Freeport Indonesia, mengakui kinerja operasi Freeport kurang optimal. Namun anak usaha Freeport-McMoRan Inc, perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu memastikan aktivitas perusahaan tidak akan berhenti karena operasi masih akan berjalan.

“Tetap produksi normal, pengiriman juga normal. Tidak optimal sih tapi masih beroperasi,” tegas Riza.(RI)