BANGKALAN –  PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) mencatat rata-rata produksi minyak 7.500 barel oil per day (BOPD) per Oktober 2017, mendekati target pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)  2017 sebesar 7.611 BOPD.

“Gas cukup baik 120 MMSCFD.  Produksi gas melebihi RKAP tahun ini sebesar 112,5 MMSCFD,” ujar Kuncoro Kukuh, General Manager PHE WMO di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Selasa (24/10).

Menurut Kuncoro, lapangan WMO reservoir dominan gas dibandingkan minyak. Saat ini, ada 13 platform dalam satu field.

Sebagian besar gas produksi PHE WMO diserap PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) 1, anak usaha PT PLN (Persero). Selain itu, gas juga diserap PT Petrokimia Gresik. “Ada tambahan penyerapan gas dari Petrokimia Gresik dari rata-rata 5-10 MMSCFD, naik menjadi 20 MMSCFD. Kontrak untuk Petrokimia Gresik 35 MMSCFD,” ungkap Kuncoro.

Kuncoro mengatakan saat ini PHE WMO  berusaha mempertahankan penurunan produksi alamiah (decline) dengan sejumlah inovasi.

“Inovasi stimulasi surfaktan untuk menurunkan kadar air, pindah ke lapisan yang bagian bawah, dan lain-lain. Artificial lifting gas sudah mulai diterapkan,” ungkap Kuncoro.

Dia menambahkan lapangan WMO sangat spesifik dimana minyak, air dan gas bersatu. Dengan begitu harus pandai-pandai mengatur tekanan dari masing-masing pipa untuk memisahkannya.

Menurut Kuncoro, untuk peningkatan produksi, PHE WMO mendorong dengan pengembangan baru.  Untuk itu, perlu rencana pengembangan (POD).

“Pengembangan di laut agak sulit. Pengembangan membuat platform saja dibutuhkan tiga tahun,” tandas Kuncoro.(LH)