JAKARTA – Pemerintah diminta terus mendorong peralihan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersih, salah satunya dengan menghentikan penjualan Premium dan Solar bahkan Pertalite untuk digantikan dengan BBM berkualitas lebih baik.

Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), mengatakan BBM yang ada dipasaran saat ini sudah jelas tidak sesuai dengan regulasi yang dibuat pemerintah terkait peningkatan kualitas lingkungan.

Pemerintah seharusnya telah menghentikan pasokan BBM yang tidak comply dengan standar Euro 2 (bensin RON dibawah 91 dan solar catane dibawah 51, kadar sulfur diatas 500 ppm) mulai 1 Januari 2007.

Selain itu, Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P20/2017 tentang standar emisi kendaraan tipe baru dan yang sedang diproduksi maka berbagai jenis BBM harus dihentikan produksi dan pemasarannya dan digantikan dengan BBM yang memenuhi persyaratan teknis untuk kendaraan berstandar Euro 4, yaitu dengan spesifikasi setidaknya untuk bensin RON (research octane number) 91 dan catane 51 dan keduanya harus dengan kadar sulfur maksimal 50 ppm.

Menurut Ahmad, pemerintah masih tidak jelas dalam menjalankan kebijakan karena disatu sisi ingin melepas beban dalam memasok Premium dan Solar, di sisi lain ingin mempertahankan posisi populis.

“Dirjen migas sampai sekarang tidak meng-upgrade spesifikasi BBM yang menjadi patokan produsen BBM, termasuk Pertamina dalan memproduksi dan memasarkan BBM,” kata Ahmad di Jakarta, Selasa (3/4).

PT Pertamina (Persero) juga dinilai masih ragu untuk meningkatkan kualitas bahan bakarnya karena mengklaim sudah mengikuti aturan spesifikasi dari Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Ahmad menyayangkan kondisi tersebut. Jika mau kualitas BBM bisa segera ditingkatkan tanpa harus mengkhawatirkan potensi kenaikan harga BBM. Pasalnya peningkatan kualitas BBM belum tentu harga harus naik.

Kajian KPBB menyebutkan harga BBM di Australia dan Malaysia yang menggunakan formula sama dengan Indonesia masih bisa mendapatkan harga BBM murah. Di Australia, dalam tiga tahun terakhir bensin standar RON 95 dengan kadar sulfur maksimal 10 ppm pada rata-rata harga MOPS Australia$ 0,59 per liter atau setara Rp6.000 per liter. Bensin tersebut sudah memenuhi standar untuk menggerakan kendaraan dengan standar Euro 6. Untuk solar harga rata-rata Australia$0,57 per liter atau setara Rp5.700 per liter.

Begitu pula di Malaysia, bensin RON 95 sulfur content 50 ppm sudah memenuhi syarat untuk menggerakan kendaraan standar Euro 4 harganya dipatok RM 2,13 per liter atau Rp7.140 per liter. Untuk solar catane 51 dipatok RM 2,11 per liter atau Rp7.047 per liter.

“Bandingkan dengan harga Premium dengan kadar sulfur 200 ppm yang harga MOPSnya Rp5.200 atau solar catane 48 dan sulfur 2.000 ppm yang harga MOPS Rp5.200 per liter,” ungkap Ahmad.

Selain harga MOPS, kualitas BBM Indonesia pun jauh dibawah standar yang bisa diterima kendaraan berstandar Euro 4 yang ditetapkan dalam regulasi. Padahal Indonesia sangat mungkin mendapatkan harga MOPS sesuai dengan yang didapatkan Australia maupun Malaysia.

Ahmad menilai kunci dari mahalnya harga BBM di tanah air adalah kebijakan fiskal yang harus direformasi. Struktur harga BBM harus bisa dirubah sehingga tidak memberatkan masyarakat.

“Secara faktual di pasar sangat memungkinkan. Pertamina dan Ditjen Migas saatnya menerapkan transparansi kebijakan harga BBM ternasuk spesifikasi dan metode HPP harga pokok penjualan sesuai amanat konstitusi,” tandasnya.(RI)