JAKARTA — Premier Oil Natuna Sea BV memulai pengembangan lapangan migas di Laut Natuna. Tiga lapangan gas langsung dikembangkan,  yakni Lapangan Bison, Iguana, dan Gajah Puteri (BIGP)—di Laut Natuna, Kepulauan Anambas. Proyek tersebut merupakan  kelanjutan dari pengembangan gas di Wilayah Kerja Natuna Sea Block “A”.

Proyek Pengembangan Gas BIGP akan menambah cadangan gas sekitar 80 BCF, dengan produksi maksimum sebesar 60 juta kaki kubik per hari (MMSCFD)  dan produksi kondensat sekitar 1.100 BOPD.

Pengembangan proyek ditandai dengan ditandatanganinya kontrak jasa pembangunan Engineering Procurement Construction and Installation (EPCI) antara Premier dengan kontraktor Pelaksana,  PT Timas Suplindo pada 10 Oktober 2017 lalu.

Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas),  mengungkapkan pengembangan ketiga lapangan di Natuna menunjukkan masih ada harapan terhadap peningkatan aktivitas di industri migas nasional.

“Ini merupakan progress penting bagi proyek tersebut, sekaligus menunjukkan bahwa industri hulu migas Indonesia masih menggeliat meskipun harga minyak dunia belum sepenuhnya pulih,” ujar  Wisnu  dalam keterangan tertulisnya, Jumat (13/10).

Dalam EPCI nantinya akan dilakukan beberapa pekerjaan seperti modifikasi di fasilitas Anjungan Pelikan WHP, Naga WHP, GB CPP dan AGX . Proyek tersebut meliputi pengembangan tiga sumur subsea masing-masing di Lapangan Bison, Iguana dan Gajah Puteri, pada kedalaman sekitar 80 m dari permukaan laut,

Menurut Wisnu, produksi dari Lapangan Bison dan Iguana akan dialirkan melalui pipa masing-masing sejauh 8 km dan 6 km menuju Anjungan Pelikan sebelum diteruskan ke fasilitas Gajah Baru CPP untuk diproses. Sedangkan produksi dari Lapangan Gajah Puteri akan dialirkan melaui pipa sejauh 42 km ke Anjungan AGX dengan sistem kontrol dari Anjungan Naga.

“Proyek tersebut diharapkan selesai pada akhir kuartal ketiga 2019 untuk memenuhi komitmen penjualan gas yang telah ada,” kata Wisnu.(RI)