JAKARTA – Pemerintah diminta lebih agresif membangun infrastruktur untuk sambungan jaringan gas (jargas) pipa rumah tangga. Konsumen jargas pipa berpotensi meningkat karena harga yang ditawarkan tergolong murah.

“Mereka yang gunakan gas pipa, konsumsi per bulannya tidak sampai Rp 50 ribu. Ini harus didorong dengan mengembangkan infrastrukturnya,” ujar Syamsir Abduh, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) kepada Dunia Energi, Senin (14/11).

Penggunaan gas bumi untuk rumahtangga di Batam.

Menurut Syamsir, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sudah menyebutkan mengenai sambungan gas pipa. Saat ini, pengembangan jaringan gas pipa lebih diprioritaskan pada daerah-daerah yang memiliki sumber gas bumi yang melimpah.

“Daerah penghasil gas, yaitu Sidoarjo,  Tarakan, Sengkang. Konsumen sudah antri disana. Hanya persoalannya, infrastruktur gas pipa tidak ada. Kan lucu, gasnya ada disitu, tapi orang tidak bisa menikmati,” ungkap Syamsir.

Hingga 2019, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan akan membangun jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga sebanyak 1,3 juta sambungan rumah (SR) di sejumlah kota. Pembangunan jargas dilakukan melalui dua BUMN, yakni PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan  Gas Negara (Persero) Tbk.

Pertamina saat ini tercatat mengoperasikan jargas di Jambi dan alih kelola Jarga Sidoarjo I. Selain itu, Pertamina juga telah menyelesaikan pembangunan jargas di Bulungan, Bali; Bekasi, Jawa Barat; Lhoksumawe dan Lhoksukon, Aceh; dan Sidoarjo II, Jawa Timur.

Pertamina saat ini juga tengah menggarap proyek jargas di Subang, Jawa Barat; Ogan Ilir, Sumatera Selatan; Jambi; pengembangan Prabumulih, Sumatera Selatan; Balikpapan Kalimantan Timur; dan Cilegon, Banten.(RA)