JAKARTA – Pemerintah menegaskan belum berencana menghapus bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dari pasaran dalam waktu dekat, meskipun pola konsumsi masyarakat telah cenderung bergeser ke BBM berkualitas lebih tinggi.

“Pertalite, pertamax, pertamax turbo, itu kan pilihan. Jika bisa lebih banyak laku daripada premium bagus. Karena lebih bersih dan semua sudah tidak ada subsidi,” ujar IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Menurut Wiratmaja, pengurangan jumlah nozzle premium di sejumlah SPBU tidak lebih sebagai bagian dari strategi masing-masing SPBU, karena jumlah konsumsi BBM jenis pertalite atau pertamax series justru lebih banyak. Namun, pemerintah memastikan kuota Premium tetap sama.

“Itu mungkin strategi  dilapangan saja. Di satu SPBU ada tiga lorong, satunya solar dan dua premium tapi karena ada pertalite, jadi satunya dipakai buat pertalite,” ungkap dia.

Pemerintah memang berencana meningkatkan standarisasi kualitas BBM diatas RON 88 seiring adanya roadmap standarisasi Euro yang akan diterapkan secara bertahap.

“Jadi premium memang tidak memenuhi Euro 4. Nah pelan pelan kita akan mulai hilangkan, tetapi secara natural bukan dipaksa,” tukas dia.

Ahmad Bambang, Direktur Pemasaran Pertamina, mengungkapkan saat ini Pertamina tengah mendukung rencana dan program pemerintah untuk menerapkan BBM berstandarisasi Euro 4. Dalam transisi tersebut harus dilihat dalam dua sisi, yakni sisi konsumen dan sisi produksi. Sisi konsumen, Pertamina menyediakan pertalite dan pertamax series kepada masyakat.

Sementara dari sisi produksi, Pertamina akan bisa menerapkan kebijakan Euro 4 jika revitalisasi kilang sudah rampung. Pasalnya, jika dipaksakan saat ini justru Indonesia justru harus melakukan impor.

“Pilihannya kalau kita dipaksa langsung jalan full, berarti impor, kalau dalam negeri kan belum siap produksi. Kan sayang juga, jadi kami mengusulkan bertahap,” kata Ahmad.

Menurut dia, strategi Pertamina untuk peralihan secara bertahap ini sudah bisa terlihat dengan terus berkurangnya konsumsi premium. Pertamina mencatat saat ini konsumsi premium secara nasional sudah dibawah 60% dari total konsumsi gasoline.

“Pertamax sama pertalite itu nasionalnya sudah lebih dari 40 %, bahkan jika bicara Jawa sudah lebih dari 50% konsumsinya,” tandas Ahmad.(RI)