JAKARTA – Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) subsektor pertambangan mineral dan batu bara (minerba) tahun ini diproyeksikan mencapai target.  Pasalnya realisasi capaian penerimaan hingga semester I  sudah melampaui 50%.

Pada tahun ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencanangkan PNPB sebesar Rp 32,4 Triliun

“Realisasi hingga sekarang  telah mencapai Rp21,2 triliun atau sebesar 65,43% dari target,” kata Bambang Gatot, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM di Jakarta  Rabu (9/8).

Dua faktor pendorong pencapaian PNBP,  di antaranya adalah harga komoditas yang mulai membaik. Serta,  kepatuhan perusahaan dalam melunasi tunggakan.

Harga batu bara acuan (HBA) hingga Agustus 2017 sebesar US$82,02 per ton. Harga ini tentu jauh di atas rata-rata sepanjang 2016 yang hanya US$61,84 per ton. Apalagi baru bara ini menyumbang sekitar 80% PNBP sehingga pengaruhnya cukup besar terhadap penerimaan negara.

Pemerintah juga mengapresiasi tindakan para perusahaan terkait  kepatuhan perusahaan, dalam meakukan pelunasan tunggakan.

Salah satu faktor kecepatan dalam pembayaran adalah dengan penggunaan sistem PNBP elektronik (e-PNBP) yang langsung mencatat tagihan dan pembayaran dari perusahaan.

“Yang mendorong juga peningkatan kepatuhan pembayaran kewajiban perusahaan,” kata Bambang.

Sayangnya capaian positif PNPB pada semester pertama ini tidak diikuti dengan realisasi investasi di sektor miinerba.

Pemerintah mencatat investasi yang ada baru sebesar US$ 2,5 miliar. Padahal pemerintah memasok target US$ 6,909 miliar. Angka ini sendiri sebenarnya sudah dibawah capaian investasi pada tahun lalu yang mencapai US$7.2 miliar.

Menurut Bambang rata-rata capaian investasi diperoleh dari berbagai kegiatan operasi lanjutan dari 2016 hingga 2017.

“Kebanyakan untuk replacement. Kalau investasi eksplorasi ada, tapi tidak begitu besar,” ungkap dia.

Bambang meyakini masih banyak sektor yang bisa mendorong investasi,  salah satunya pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter)  milik PT Amman Mineral dan PT Freeport Indonesia.

“Tambahan baru smelter, tapi tidak banyak. Kecuali kalau nanti ada Amman dan Freeport itu mungkin besar,” tandas Bambang.(RI)