JAKARTA – PT Buana Energi Surya Persada bersama Conergy telah merampungkan dan menghubungkan ke grid, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 1 megawatt (MW) di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Proyek PLTS ini merupakan satu dari lima proyek energi baru yang kesepakatan jual beli listrik (power purchase agreement/PPA)-nya dengan PT PLN (Persero) ditandatangani pada Agustus 2015.

Rico Syah Alam, President dan CEO Buana Energy Surya Persada, mengatakan Sumba merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan potensi tenaga surya yang masif karena memiliki rata-rata pancaran sinar matahari sebesar 5 kWh/m/hari dan radiasi sebesar 1.000 watt/m selama lima jam setiap harinya.

“Melalui investasi kami pada fasilitas pembangkit listrik tenaga surya yang kami bangun dengan dukungan penuh dari Conergy, kami hendak membuktikan kepada dunia bahwa potensi tenaga surya di Indonesia sangatlah besar,” ungkap Rico, Kamis (23/2).

Proses konstruksi PLTS mulai dilakukan pada September 2016 dan selesai pada Januari 2017 dengan total investasi sebesar USD$2,2 juta atau sekitar Rp 28 miliar.

Pembangkit listrik tenaga matahari ini dapat memberikan pasokan listrik lebih dari 1.400

MWh per tahun dan dapat memenuhi kebutuhan pasokan listrik bagi sekurangnya 11.600 rumah tangga di Pulau Sumba.

Pembangkit listrik ini juga akan menggantikan produksi emisi gas rumah kaca hingga 920 ton setiap tahun atau setara dengan menghindari emisi dari sedikitnya 250 kendaraan per tahun.

Alexander Lenz, President, Conergy APAC mengatakan, Indonesia adalah negara besar yang kaya akan sumberdaya energi baru terbarukan. Pemanfaatan sumber daya ini diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan pasokan energi bagi negara, mendiversifikasi bauran energi dan memfasilitasi pertumbuhan serta perkembangan ekonomi.

“Kami senang karena melalui proyek ini, kami dapat memberikan kontribusi terhadap upaya pemerintah untuk merealisasikan proyek 35.000 MW di berbagai daerah Indonesia,” tandas Lenz.(AT)