Panel listrik tenaga surya.

KARANGASEM – Kehadiran delapan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Bali, tidak hanya memberikan tambahan energi bagi 608 Kepala Keluarga (KK). Lebih dari itu, juga berdampak positif bagi lingkungan, karena berpotensi menurunkan emisi karbondioksida (CO2) hingga 2.566 ton.

Delapan PLTS itu adalah PLTS Karangasem berkapasitas 1 Megawatt peak (MWp) per tahun, kemudian PLTS Bangli berkapasitas 1 MWp per tahun, serta enam unit PLTS lain di Bali yang kapasitas total 15 Kilowatt peak (KWp) per tahun.

Untuk  PLTS Karangasem dan PLTS Bangli saat ini sudah dalam status On Grid (sudah masuk dalam sistem kelistrikan PLN, red). Sedangkan enam PLTS lainnya yang berkapasitas total 15 KWp masih dalam status Off Grid (belum masuk sistem kelistrikan PLN, red).

Masing-masing PLTS 1 MWp terinterkoneksi dengan jaringan PLN tersebut akan menghasilkan listrik sebesar 2.880.080,00 KWh, dengan masa operasi 20 tahun, juga sebagai upaya untuk menurunkan  emisi CO2 sebesar 2.566 Ton CO2.

“Selain memenuhi kebutuhan listrik bagi 608 KK, dalam masa operasi  20 tahun PLTS baru di Bali ini dapat melakukan penghematan energi senilai Rp 26.265.600.000,- atau 2.626 Kiloliter minyak tanah, jika diasumsikan harga minyak non subsidi Rp 1000,- perliter,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, usai meresmikan delapan PLTS itu, Senin, 25 Februari 2013.

Menteri ESDM mengatakan, program pembangunan PLTS yang tersebar di Provinsi Bali ini, telah disampaikannya kepada pemerintah daerah sejak pertengahan April 2012. Jero berjanji, selama era kepemimpinannya, akan lebih memfokuskan pembangunan pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan seperti energi surya.

“Ini mengingat sumber energi bahan bakar minyak BBM ketersediaannya akan semakin menipis, jika tidak ditemukan cadangan baru sumber energi fosil. Harga BBM pun sudah semakin mahal,” tuturnya.

(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)