JAKARTA – Risen Energy Co.Ltd, perusahaan asal China, memproyeksikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur beroperasi pada kuartal I 2018.

“Saat ini baru mulai land clearing dan masterpiece. Kalau masterpiece selesai minggu ini seharusnya minggu depan bisa selesai EPC, dan COD awal 2018,” kata Kidang Omar, Country Manager Indonesia Project Risen Energy Co.Ltd, kepada Dunia Energi di Jakarta belum lama ini.

Program pemerintah untuk meningkatkan pasokan energi menjadi peluang bisnis bagi perusahaan manufaktur alat kelistrikan. Menanggapi peluang tersebut, Risen Energy Co Ltd asal China membangun manufaktur solar cell di Indonesia.

Dalam proyek tersebut, Risen Energy membentuk perusahaan joint venture untuk membangun PLTS Fotovoltaik 1 MWp di Atambua. Lokasi pembangkit tersebut berbatasan langsung dengan Timor Leste.

Omar menambahkan, saat ini Risen Energy ingin memastikan arah kebijakan kelistrikan di Indonesia. Sebab, investasi pabrik solar cell membutuhkan kepastian agar usaha tetap berjalan dan ekonomis.

“Untuk menarik minta investor sharusnya tarif PLTS menguntungkan ya, antara US$ 10-15 sen. Dengan tarif segini investor masih bisa bernafas. Solar panel industry perlu off take yang besar. Investor harus bisa jual 1-2MWp untuk bisa break even point,” kata Omar.(RA)