Teknologi Ormat Sarulla

JAKARTA–Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Sarulla yang dikelola oleh Sarulla Operations Ltd di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara adalah pembangkit listrik energi panas bumi pertama di Indonesia yang menggunakan tiga metode dalam pembangkitannya, yaitu condensing, bottomic, dan binary sehingga sangat efisien dalam memanfaatkan uap dan produk uap (brine). Tingkat efisiensi PLTP Sarulla mengalahkan tiga PLTP lain di Tanah Air, yaitu PLTP Darajat, PLTP Kamojang, dan PLTP Wayang Windu.

Yunus Saefulhak, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan uap sumur yang dimanfaatkan untuk PLTP Sarulla hanya 65 megawatt (MW) tapi bisa menghasilkan listrik dengan kapasitas terpasang 110 MW.

“PLTP Sarulla memang paling efisien, beda dengan beberapa PLTP lainnya seperti PLTP Kamojang, PLTP Darajat, atau Wayang Windu yang hanya menggunakan satu metode, yaitu condensing. Dengan metode ini, uap yang tersedia harus lebih besar. Misalnya, untuk menghasilkan  listrik 110 MW  dibutuhkan uap dari sumur sebesar 130 MW,” ujar Yunus kepada Dunia-Energi di Jakarta, Selasa (28/3).

PLTP Kamojang dikelola oleh dua pengembang, yaitu PT Pertamina Geothermal Energy, anak usaha PT Pertamina (Persero) dan PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero). Sedangkan PLTP Darajat (dan PLTP Gunung Salak) dikelola oleh PT Chevron Geothermal Energy, yang belum lama ini pengelolaan PLTP tersebut telah dijual kepada PT Star Energy, perusahaan terafiliasi PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Sementara itu, PLTP Wayang Windu dikelola oleh Star Energy.

PLTP Sarulla Unit 1 menggabungkan teknologi flash dari Toshiba dan biner Ormat. Teknologi ini menghasilkan pembangkit listrik dengan efisiensi tinggi dan menginjeksikan kembali 100 % dari uap panas bumi yang sudah terpakai.

Toshiba menyediakan turbin dan generator uap (STGs) panas bumi untuk sistem flash. Sedangkan Ormat membuat desain konseptual dari pembangkit PLTP unit siklus gabungan (GCCU) dan menyediakan Ormat Energy Converter (OEC). Fungsi GCCU dan OEC adalah sebagai kondensasi bagi turbin-turbin uap dan memanfaatkan brine terpisah untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya dan memaksimalkan daya keluaran.

Sarulla Operations Ltd mengoperasikan unit 1 PLTP Sarulla yang berlokasi di Silangkitang Kecamatan Pahae Jae, Tapanuli Utara, berkapasitas 110 MW pada 18 Maret 2017. Dua unit pembangkit lainnya, yaitu unit 2 dengan kapasitas 110 MW menurut rencana memasuki commercial operating date (COD) pada November 2017 dan COD unit 3 berkapasitas 110 MW pada Mei 2018. “PLTP Sarulla menurut rencana diresmikan Presiden. Mudah-mudahan tidak ada kendala,” kata Yunus.

Proyek PLTP Sarulla dikembangkan melalui skema Kontrak Operasi Bersama (KOB) /Joint Operation Contract (JOC) antara PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan Sarulla Operations Ltd yang dikomandani oleh PT Medco Power, anak usaha PT Medco Energi International Tbk (MEDC). Berdasarkan Amendemen KOB antara PT PGE dan SOL serta Amandemen Energy Sales Contract (ESC) antara PT PLN (Persero) dan SOL pada 14 April 2013, harga listrik dalam Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) PLTP Sarulla sebesar US$6.79 sen  per kilowatt hour (kwh).

PLTP Sarulla diklaim menelan ivestasi sebesar US$1,6 miliar, dengan jumlah tenaga kerja sampai akhir Februari 2017 sebanyak 3.470 orang. Komposisi tenaga kerja dari  SOL sebanyak 311 orang, sedangkan dari kontraktor 3.159 orang.

Keberadaan PLTP Sarulla dibutuhkan guna mengurangi defisit listrik di Provinsi Sumatera Utara. Dengan beroperasinya PLTP Sarulla Unit I, kapasitas terpasang PLTP di Indonesia sampai dengan saat sekitar 1.643,5 MW dan merupakan peringkat ketiga terbesar penghasil listrik dari panas bumi di dunia, setelah Amerika Serikat dan Filipina.

Energi panas bumi menjadi salah satu prioritas nasional di bidang energi mengingat besarnya potensi panas bumi Indonesia, yaitu 11 gigawatt (GW) Sumber daya dan 17,5 GW cadangan.

Yunus menguraikan, pembangkit listrik tenaga panas bumi memiliki sejumlah keunggulan, antara lain energi yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi yang mencemari lingkungan, dan termasuk energi terbarukan yang apabila permukaan hutannya serta lingkungannya dijaga dengan baik maka dapat diperbarui.Keunggulan lainnya, PLTP merupakan energi yang berkelanjutan selama menjaga sistem panas buminya sehingga bisa menjadi warisan bagi generasi penerus.

“Energi yang indigeneous, artinya hanya bisa dimanfaatkan di lokasi tempat panas bumi itu sendiri, sehingga mempunyai added value bagi masyarakat setempat,” tandas Yunus.

Takao Konishi, Wakil Presiden Toshiba untuk Perusahaan Sistem Energi & Solusi, mengatakan Toshiba sangat bangga telah memasang STGs panas bumi yang sangat andal di PLTP Sarulla. Toshiba terus mendukung pengembangan solusi listrik dan infrastruktur di Indonesia.

“Kami mendirikan PT Toshiba Asia Pacific Indonesia pada 2014 untuk mengerahkan sumber daya dan keahlian Toshiba dalam mendukung pengembangan solusi listrik dan infrastruktur di Indonesia,” ujarnya dalam siaran pers.

Isaac Angel, CEO Ormat, menambahkan, pengoperasian PLTP Sarulla Unit 1 adalah tonggak penting bagi Ormat, baik sebagai pemilik SOL dan sebagai pemasok teknologi biner yang sudah teruji selama 25 tahun. Menurut Angel, kontrak pasokan Sarulla adalah kontrak tunggal terbesar yang telah Ormat tandatangani sampai sekarang.

Proyek Sarulla berlokasi di Wilayah Kerja Pertambangan Panasbumi Sarulla milik PT Pertamina Geothermal Energy di Kabupaten Tapanuli Utara. PLTP Sarulla masuk dalam daftar proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan. Karena masuk daftar ini, Kementerian Keuangan memberi Jaminan Kelayakan Usaha terhadap proyek ini.

Sarulla Operations Ltd adalah pengembang PLTP Sarulla. Sebanyak 50% saham Sarulla Operations dimiliki Itochu Corp dan Kyushu Electric Power Co Inc masing-masing 25%. Sisanya dimiliki oleh PT Medco Power Indonesia Indonesia sebesar 18,9975%, Inpex Corp 18,2525%, dan Ormat International Inc 12,75%. (RA)