JAKARTA – Pasokan listrik di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat akan bertambah dua kali lipat pada 2019 seiring beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) berkapasitas 50 megawatt (MW). Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan setelah PLTMG terbangun, Sumbawa akan mempunyai reserve margin yang jauh di atas daerah lain.

“Kalau listrik sering mati hidup, kita lihat apakah kapasitas terpasang lebih besar daripada beban puncak. Nantinya kalau ini (PLTMG) sudah terbangun kapasitas terpasang lebih besar dari beban puncak, kurang lebih (reserve margin) 30%,” ujar Arcandra saat mengunjungi lokasi proyek pembangunan PLTMG Sumbawa di Labuan Badas, Sumbawa, Minggu (24/9).
Proyek PLTMG Sumbawa masuk ke dalam program pembangunan pembangkit 35 ribu MW. Proses pembangunan PLTMG Sumbawa telah dimulai sejak Juni 2017 dan ditargetkan tuntas akhir 2018.

“Kalau melihat progres sekarang, Insya Allah akan tercapai,” tukas Arcandra seperti dikutip laman Kementerian ESDM.

PLTMG Sumbawa nantinya akan memperkuat sistem kelistrikan Sumbawa dan merupakan upaya percepatan peningkatan rasio elektrifikasi, serta pertumbuhan ekonomi di Nusa Tenggara Barat. PT PLN (Persero) menyebut PLTMG Sumbawa dapat melistriki hingga 110 ribu keluarga.

Pulau Sumbawa saat ini masih terbagi menjadi dua sistem kelistrikan, yaitu Sistem Bima dan Sistem Sumbawa. Sistem Bima memiliki kapasitas pembangkit mencapai 50 MW dengan beban puncak sebesar 42 MW. Sementara, untuk Sistem Sumbawa saat ini memiliki kapasitas terpasang sebesar 56 MW dengan beban puncak sebesar 38,6 MW.

Rasio elektrifikasi NTB hingga Juli 2017 mencapai 81,14% dan khusus di Pulau Sumbawa telah mencapai 85,3%. Seiring beroperasinya PLTMG Sumbawa diharapkan rasio elektrifikasi di NTB dapat meningkat hingga di atas 95% pada 2019.(AT)