Limbah produksi minyak sawit yang mengandung gas methane dan dapat membangkitkan listrik.

Limbah produksi minyak sawit yang mengandung gas methane dan dapat membangkitkan listrik.

SAMPIT – PT PLN (Persero) kembali membuat terobosan dengan membangun Pembangkil Listrik Tenaga Biomassa (PLTB) di Kabupaten Sampit, Kalimantan Tengah, memanfaatkan limbah kelapa sawit yang melimpah di daerah itu. langkah ini merupakan upaya untuk memaksimalkan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) atau Renewable Energy yang banyak tersedia di Indonesia.

Untuk membangun PLTB kelapa sawit di Sampit itu, PLN menggandeng perusahaan swasta nasional, PT Atman Energy. PLN dan PT Atman pun telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa berkapasitas 2 Mega Watt (MW) di Sampit.

Penandatanganan MoU dilakukan oleh General Manager PLN Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (Kalselteng) Yuddy Setyo Wicaksono dan Direktur Utama PT Atman Energy, Yoyo Hendrarsin. Direktur PLN, Vickner Sinaga turut menyaksikan penandatanganan MoU yang berlangsung pada 11 Juli 2013, di kantor PLN Sampit itu.

Vickner Sinaga mengaku menyambut baik MoU itu. “Semoga MoU ini dapat segera ditindaklanjuti dan dapat segera mewujudkan hadirnya PLT Biomassa berkapasitas 2 Mega Watt di Sampit,” ujar Vicker.

Selain biaya produksi listriknya lebih murah jika dibandingkan menggunakan Bahan Bakar Minyak, ujarnya, PLT Biomassa ini juga lebih ramah lingkungan, karena memanfaatkan dan mengolah sisa limbah cair dari kelapa sawit. “Ini tentunya dapat membantu perkebunan sawit dalam mengelola limbah cairnya, dan disatu sisi lingkungan tetap terjaga,” terangnya.

Pada saat yang sama, Direktur Utama PT Atman Energy, Yoyo Hendrarsin menyatakan, limbah cair sawit cukup potensial menjadi pembangkit listrik. “Limbah cair sisa dari minyak kelapa sawit yang tidak terpakai mengandung gas methane yang akan dimanfaatkan menjadi sumber energi untuk menghasilkan listrik,” ujar Yoyo Hendrarsin.

Sementara itu, menurut GM PLN Kalselteng, Yuddy Setyo Wicaksono, sistem kelistrikan Sampit masih terpisah (isolated) dari sistem kelistrikan Kalimantan Tengah. “Sampit merupakan sistem kelistrikan yang terpisah atau isolated dari sistem kelistrikan Kalimantan Tengah dengan beban puncak sistem kelistrikan Sampit saat ini mencapai 24 Mega Watt” jelas Yuddy Setyo Wicaksono.

Jika PLT Biomassa berkapasitas 2 Mega Watt ini beroperasi, kata Yuddy, maka potensi penghematan yang bisa diraih PLN dari pengurangan penggunaan Bahan Bakar Minyak adalah sekitar Rp 34 miliar, dengan asumsi harga produksi listrik menggunakan BBM adalah 2.800 Rp/kWh.

“Sedangkan harga pembelian listrik swasta yang dihasilkan dari PLT Biomassa adalah 1.170 Rp/kWh sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 4 tahun 2012,” tandas Yuddy Setyo Wicaksono.

(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)