JAKARTA – Pemerintah mulai bergerak menentukan alokasi gas Blok Masela. Tiga industri diproyeksikan menyerap gas Masela yang menjadi bagian pemerintah. Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian, mengatakan pemerintah sudah memetakan potensi industri sebagai penyerap gas Masela, terdiri dari pupuk dan petrokimia, yakni methanol dan dimethyl ether.

“Gas dari Masela untuk industri, kalau potensi sudah ada pabrik pupuk, methanol, dan dimethyl ether,” kata Airlangga di Jakarta, Senin (12/6).

Selama ini proses pengembangan proyek Blok Masela masih tertahan karena belum adanya kepastian penyerapan gas Masela yang menjadi bagian dari pemerintah.

Kepastian penyerap gas untuk dijadikan sebagai bahan kajian seberapa besar kapasitas produksi Masela nantinya ditetapkan.

Menurut Airlangga, pemerintah tidak akan terburu-buru dalam mengeksekusi serapan gas Masela karena ada beberapa kesepakatan yang harus dibicarakan dengan kontraktor, antara lain masalah harga dalam bentuk Perjanjian NJual Beli gas (PJBG) dan lokasi pembangunan industri.

“Tergantung dari harga dan delivery point, waktunya kapan. Kalau lokasi pabrik kan tergantung nanti titiknya ada dimana, baru dibangun kompleksnya,” kata dia.

Rencananya gas dari Blok Masela akan disalurkan kepada ketiga industri yang sudah ditetapkan melalui pasokan energi listrik.

Iwan Supangkat, Direktur Pengadaan PT PLN (Persero), mengungkapkan pemerintah sudah meminta PLN untuk mengkaji besaran daya listrik yang dibutuhkan untuk bisa membangun komplek tiga industri yang direncanakan pemerintah.

Untuk membangun tiga industri tersebut listrik yang dibutuhkan diperkirakan mencapai 300 megawatt (MW), tanpa ada alokasi untuk rumah tangga melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).

“Sementara ini kan ada 300 MW yang sudah dari Kementerian Perindustrian, dari pupuk dan sebagainya. Kalau industri beroperasi base load kan biasanya itu kira-kira butuh 60 MMSCFD,” ungkap Iwan.

Dengan kapasitas besar, rencananya pembangunan PLTGU di Masela juga akan dimasukan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Serta dikerjasamakan dengan perusahaan pembangkit swasta (Independent Power Plant /IPP) dan ditargetkan baru akan mulai pembangunan pada 2023.

“Pada 2023 mungkin. Tergantung kapan selesainya saja (fasilitas pengolahan gas Masela). Nanti bisa kerja sama dengan IPP,” tandas Iwan.(RI)