JAKARTA – PT PLN (Persero) berencana mengakuisisi tambang batu bara kalori 4.200 kkal. Langkah akuisisi tersebut bertujuan mendapatkan harga batu bara yang lebih murah dibanding membeli kepada pihak ketiga.
Supangkat Iwan Santoso, Direktur Pengadaan dan Strategis II PLN, mengatakan saat ini PLN masih mengkaji beberapa potensi tambang batu bara di Sumatera dan Kalimantan.
“Sesuai pembangkit yang eksisting saat ini, kalori (batu bara) yang akan kita akuisisi 4.200 ke atas. Porsi sahamnya bisa 30%, 40% atau 50%,” kata Iwan di Jakarta, Rabu (22/11).
PLN diperkirakan membutuhkan batu bara sekitar 140 juta -150 juta ton batu bara per tahun. Oleh karena itu, PLN harus bisa menguasai tambang batu bara agar tidak selalu bergantung kepada pengusaha.
PLN mengklaim sudah mendapat lampu hijau atas rencana tersebut dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). PLN juga sudah duduk bersama dengan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) untuk menurunkan harga batu bara yang selama ini dinilai terlalu tinggi. Menyikapi harga batu bara yang terus naik, PLN juga telah mengajukan harga batu bara Domestic Market Obigation (DMO) untuk PLTU kepada pemerintah yakni biaya produksi ditambah margin (cost plus margin) sebesar 15 sampai 25% untuk produsen batu bara.
Saat ini, 60% pembangkit milik PLN merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Pengelolaan tambang batu bara dinilai akan lebih efisien dibanding membeli dari pihak ketiga. Selain itu, sentimen harga komoditas yang fluktuatif bisa menyebabkan biaya produksi listrik membengkak.
Rencananya, PLN akan membangun PLTU mulut tambang di tambang-tambang batu bara yang dikuasainya. Berdasarkan peraturan dari pemerintah, pemilik PLTU mulut tambang harus memiliki saham sekurang-kurangnya 10% di perusahaan yang memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP).
“Tahun depan mungkin kami bisa sampaikan tambang batu baranya ,” kata Iwan.(RA)