JAKARTA – PT PLN (Persero) menegaskan tidak ada pengurangan porsi pembangkit yang harus dibangun PT PLN (Persero) dalam proyek 35 ribu megawatt (MW).  Evaluasi yang nantinya dilakukan adalah dengan menyesuaikan target beroperasi komersial (commercial on date/COD) pembangkit-pembangkit listrik bertenaga gas.

Sofyan Basir, Direktur Utama PLN, mengatakan pembangkit PLTG dipilih untuk disesuaikan karena biaya pengembangannya mahal.

“Disesuaikan jangka waktunya untuk COD,” kata Sofyan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kamis (19/10).

Lebih lanjut dia mengatakan revisi tersebut juga akan diajukan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)  2018 .

“Internal sudah dibahas kita mengajukan ke pemerintah (Kementerian ESDM) nanti dibahas,” ungkap Sofyan.

Menurut Sofyan, penyesuaian target penyelesaian pembangunan pembangkit terpaksa dilakukan lantaran proyek pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan penjualan serta konsumsi listrik tidak tercapai.

Dia menegaskan tidak tertutup kemungkinan jika pertumbuhan ekonomi membaik atau sesuai dengan target maka pembangunan pembangkit yang semula diperlambat penyelesaiannya bisa kembali dipercepat.

“Demandnya (konsumsi listrik) lambat kita mundurkan. Demand itu kan sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi kita mengikuti pertumbuhan ekonomi. Kalau tidak nanti kita yang salah,” kata Sofyan.

Meskipun dilakukan evaluasi terhadap proyek 35 ribu MW,  porsi PLN dalam pelaksanaan proyek tersebut tidak akan berubah.

Dalam data Kementerian ESDM menyebutkan secara keseluruhan hingga pertengahan September 2017, sebanyak 773 megawatt (MW) pembangkit listrik yang masuk dalam program pembangkit 35 ribu MW sudah beroperasi komersial (COD). Sisanya, 15.266 MW masuk tahap konstruksi dan proyek yang telah PPA, namun belum konstruksi sebesar 10.255 MW. Selain itu, proyek yang masuk pada tahap pengadaan adalah 4.563 MW dan pada tahap perencanaan 6.970 MW.(RI)