JAKARTA – Proyek embangkit merupakan prioritas pembangunan yang harus dipikul bersama semua pihak. Untuk itu, PT PLN (Persero) membentuk sinergi dengan lima perusahaan plat merah lainnya. Sineegi ini sekaligus untuk optimalisasi sumber daya produksi yang dimiliki PLN.

Sinergi antar BUMN ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing nasional menghadapi globalisasi serta memperkuat perekonomian dengan tetap memperhatikan pertimbangan keekonomian (business to business) sesuai Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008 tanggal 3 September 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara.

“PLN menunjukkan keseriusannya dalam menjalankan program pembangunan proyek kelistrikan 35.000 megawatt (MW) dengan bersinergi bersama lima BUMN,” demikian penjelasan Sofyan Basir, Direktur Utama PLN, dalam rilisnya, Rabu.

Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PLN, Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Sukandar, Direktur Utama PT PAL (Persero) M. Firmansyah Arifin, Direktur Utama PT Boma Bisma Indra (Persero) Muhammad Mudhiq, Direktur Utama PT Bharata (Persero) Zakky Gamal Yasin, dan Direktur Utama PT PINDAD (Persero) Silmy Karim, dalam ajang Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Selasa(3/11). 

Perjanjian yang berlangsung selama tiga tahun ini meliputi pemeliharaan, rehabilitasi, rekondisi, reverse engineering peralatan spesifik komponen mekanikal dan elektrikal pada peralatan pembangkit listrik, serta supervisi, pelatihan, alih Teknologi dan pemberdayaan sumber daya anusia (SDM).

Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan sebagian besar pembangunan proyek 35.000 MW dibangun oleh Independent Power Producer (IPP). Dengan demikian, kata dia, PLN harus membuka diri dan memberi kemudahan akses untuk berkomunikasi dengan mitra. “PLN harus menjadi mitra. Karena semuanya saling ketergantungan,” kata Sudirman. 

Selain itu, PLN juga harus mengikuti tren perkembangan energi dunia terutama di bidang energi baru terbarukan.

Sudirman berharap proyek 35.000 MW dapat menggunakan peralatan yang diproduksi di Indonesia, guna mendukung penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi transaksi dalam US dollar, sekaligus meningkatkan perekonomian dan menyerap tenaga kerja. 

Program 35.000 MW mempunyai nilai ekonomi dengan investasi sebesar US$ 72.942 Juta. Program ini akan membangun infrastruktur ketenagalistrikan yang terdiri dari 291 Pembangkit, 732 Transmisi, dan 1.375 Gardu Induk. 

Komponen pada Program 35.000 MW ini antara lain 301.300 km konduktor aluminium, 2.600 set trafo, dan 3,5 juta ton baja. Program ini akan menyerap tenaga kerja kurang lebih 650 ribu (langsung) dan 3 juta (tidak langsung). Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang ditargetkan adalah sebesar 40% dari total investasi (US$ 29,2 Juta).(AT)