JAKARTA – PT PLN (Persero) akan menonaktifkan kapal pembangkit listrik Karadeniz Powership Onur Sultan atau Marine Vessel Power Plant (MVPP) yang disewa dari Turki. Penonaktifan tersebut seiring kemajuan pembangunan pembangkit listrik, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).

“Kami mampu memenuhi kebutuhan. Tahun depan kapal (pembangkit) mulai hilang, masuk pembangkit-pembangkit baru. Bertahap hingga 2022 – 2023, digantikan dengan PLTA, PLTU dan gas,” kata Syofvi Roekman, Direktur Perencanaan PLN  saat ditemui di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, Selasa malam (6/3).

Kapal pembangkit listrik yang disewa  PLN untuk jangka waktu lima tahun tersebut ditempatkan di beberapa titik distribusi, yaitu Belawan, Sumatera Utara, Mataram, Ambon, Kupang, dan di Amurang, Sulawesi Utara.

Selain karena akan mulai beroperasi pembangkit listrik baru, rencana menonaktifkan kapal pembangkit juga sesuai dengan target penurunan penggunaan bahan bakar diesel atau minyak dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027.

“Sesuai dengan kebutuhan nanti, pembangkit BBM pada 2017 porsinya 5,8%. Tahun ini di RUPTL yang baru BBM jadi 4,3%,” kata Syofvi.

Kapal pembangkit bisa memasok listrik selama lima tahun tanpa henti karena mempunyai turbin di atas sepuluh unit dan hanya memasok sekitar 80% dari kapasitas terpasang. Keunggulan kapal buatan Turki ini bisa beroperasi dengan dua bahan bakar, yaitu jenis heavy fuel oil (HFO) dan gas. Serta memiliki titik interkoneksi di sisi tegangan tinggi, 70 kV/150 kV.

Dengan adanya keunggulan itu maka PLN juga memiliki opsi selain menonaktifkan kapal-kapal tersebut yakni mengganti bahan bakar kapal.

“Vessel ada beberapa yang kami rencanakan pakai gas itu yang Sumut nanti, HFO ini mungkin dua bulan kedepan jadi gas. Gas akan dipasok dari kilang Arun,” kata Syofvi.(RI)