JAKARTA –  PT PLN (Persero) berencana meningkatkan kapasitas pembangkit listrik di wilayah Tanjung Pinang, Pulau Bintan dan Natuna, Provinsi Riau. Upaya tersebut termasuk melalui kerja sama dengan perusahaan asal Singapura yakni Keppel Offsore and Marine serta Pavilion Gas, melalui kajian studi bersama penyediaan infrastruktur gas.
Amir Rosidin, Direktor Regional Bisnis Jawa Bagian Tengah PLN menyatakan dalam proyeksi perusahaan kebutuhan listrik d kedua wilayah tersebut akan makin meningkat seiring dengan peningkatan perekonomian yang digecarkan melalui aktivitas pariwisata serta para nelayan. Saat ini kebutuhan listrik di Tanjung Pinang rata–rata 30 megawatt–50 MW dan  8 MW di Natuna .
Selama ini kebutuhan listrik di kedua wilayah tersebut dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Bahkan untuk Tanjung Pinang listrik saat ini dipasok dari Batam melalui jaringan kabel listrik bawah laut.
Menurut Amir, mekanisme penyaluran listrik tidak bisa bertahan selamanya karena dikhawatirkan jika terjadi gangguan maka seluruh listrik akan padam. “Sekarang listrik Pulau Bintan suplai dari Batam 70 MW. Sehingga PLTD sewa itu kita matikan.  Tapi kalau ada gangguan kabel ini kan mati semua nanti. Apalagi ini daerah pariwisata,” kata Amir di Jakarta,  Senin (11/9).
Rencananya PLN juga akan menggandeng pengembang listrik swasta (Independent Power Producer / IPP) untuk membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas mencapai 140 MW. Sementara untuk di Natuna direncanakan dibangun PLTG dengan total kapasitas 40 MW.
Amir menambahkan ada beberapa skema yang dikaji bersama dalam pembangunan infrastruktur tersebut yakni pembangunan Floating Storage Regasification Unit (FSRU) atau Terminal LNG. “Yang paling optimal ya, bukan murah,” tugas dia.
Kajian kerja sama dengan Keppel dan Pavilion Gas sendiri dimaksudkan untuk mendukung ketersediaan infrastruktur gas jika PLN benar-benar mengimplementasikan pembangunan pembangkit listrik bertenaga gas.
Data PLN menyebutkan gas  menjadi salah satu bahan baku terbesar kedua setelah batubara untuk memproduksi listrik. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan masifnya pembangunan PLTG. “Sekarang porsi gas 25% dari seluruh porsi energi, sementara batubara 52%-53%, sisanya dipenuhi dari bahan baku lain,” kata  Amir
Dia mengatakan PLN tidak akan gegabah untuk melakukan kerja sama pengadaan gas atau impor gas dari kedua perusahaan Singapura tersebut. Pasalnya sampai saat ini kebutuhan gas PLN masih bisa dipenuhi oleh pasokan dalam negeri. “Kebutuhan gas kita terpenuhi sih. Kecuali pemerintah SKK Migas tidak terpenuhi,” tandas Amir. (RI)