JAKARTA- PT Pertamina Hulu Energi, salah satu anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu minyak dan gas bumi, mengalokasikan dana sebesar US$ 686 juta atau sekitar Rp 8,64 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk kegiatan di sektor health, security, safety, the environment (HSSE) dan juga project onshore yang dinilai ekonomis dan menguntungkan.

 

Gunung Sardjono Hadi, Direktur Utama PHE, mengatakan rencana capex tersebut masih mengacu pada harga minyak di kisaran US$50 per barel seperti yang dicantumkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Menurut Gunung, harga minyak yang masih terus melemah bahkan telah menembus level di bawah US$ 30 per barel tidak menutup kemungkinan perseroan untuk melakukan revisi capex dan juga melakukan efisiensi. Apalagi, induk usaha memberikan toleransi kepada PHE untuk efisiensi sekitar 30%. yang harus dilakukan anak perusahaan Pertamina sekitar 30%.

“Kami telah memutuskan untuk melakukan efisiensi di atas 30% untuk mengimbangi penurunan harga minyak,” ujar Gunung di Jakarta, Kamis (14/1).

Strategi efisiensi yang dilakukan PHE menurut Gunung antara lain dengan menunda beberapa proyek yang tidak ekonomis untuk dikembangkan ataupun kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan kegiatan produksi akan dikurangi. Karena itu, untuk kegiatan 2016, PHE masih akan fokus pada proyek-proyek eksisiting dan belum melakukan kegiatan eksplorasi baru.

Salah satu efisiensi diharapkan lahir dari inovasi yang dilakukan oleh karyawan PHE di seluruh anak perusahannya.  Dari inovasi teknologi yang dilakukan, diharapkan bisa meningkatkan produksi dan memberi dampak efisien serta harus ramah terhadap lingkungan dan keselamatan kerja.

Salah satu inovasi yang dilakukan adalah Teknologi PINTAR (Production Improvement through New Technology on gAs lift injection Rate) yakni inovasi untuk mengukur dan memantau parameter operasi dengan akurat secara real time jarak jauh, menjaga stabilitas aliran dan tekanan gas injeksi dan melakukan uji produksi sumur (well test) dalam waktu empat kali lebih cepat dibanding cara manual untuk setiap sumur dan menjaga produksi pada tingkat maksimum secara otomatis.

Prestasi besar lainnya adalah pelaksanaan proyek Lima Subsidence Remediation yakni proyek pengangkatan anjungan di lapangan Lima yang mengalami penurunan dasar laut akibat kompaksi batuan di dalam tanah. Proyek pengangkatan anjungan secara bersama-sama (tiga platform, dua bridge, dan satu tiang flare) pertama kali di dunia yang menggunakan metode pengangkatan synchronized hydraulic jacking system.

Selain itu pengembangan lapangan UL yang start up pada Februari 2014, merupakan salah satu proyek pengembangkan yang dilakukan PHE ONWJ untuk menambah produksi minyak dan gas bumi. Lapangan ini menambah produksi minyak dan gas bumi sebesar 2,2 MBOPD dan 9,5 MMSCFD.

Yang terbaru, proyek pengembangan lapangan GG meliputi pembangunan satu fasilitas anjungan tidak berawak lepas pantai (GGA-NUI), pipa penyalur bawah laut ukuran 12 inchi sepanjang 35 km, dan fasilitas pemprosesan gas di darat berupa Onshore Processing Facility di Balongan (OPF Balongan), Indramayu. Produksi gas di lapangan ini dapat mencapai 31MMSCFD dan. Proyek ini telah berhasil startup pada 12 Desember 2014 lalu yang ditandai dengan dibukanya sumur di anjungan lepas pantai GGA–NUI dan mengalirnya gas melalui pipa penyalur bawah laut menuju OPF Balongan.

Sepanjang tahun lalu, PHE berhasil melampaui target produksi pada 2015. Sementara untuk investasi hanya teralisasi sebesar 63%. Jumlah realisasi investasi lebih kecil, karena adanya efisiensi yang dilakukan dan keberhasilan perusahaan dalam renegosiasi kontrak. Pada 2016, investasi PHE akan difokuskan pada kegiatan di sektor  HSSE dan juga project onshore yang dinilai ekonomis dan menguntungkan.

“Secara akumulasi, produksi pada 2015 sudah melampaui target, sementara realisasi investasi hanya 63% karena ada saving sekitar 10-20% yang kami lakukan serta beberapa project yang tidak jadi dilaksanakan,” ujar Gunung.

Gunung mengatakan, pada 2015 target produksi minyak yang diberikan kepada PHE sebesar 66.045 BOEPD kemudian target produksi gas sebesar 566,96 MMSCFD. Dari target yang sudah ditetapkan tersebut, produksi minyak mampu teralisasi sebesar 66.302 BOEPD atau 100,4%. Sementara realisasi produksi gas sebesar 677.89 MMSCFD atau 119,6% dari target.

Untuk realisasi investasi pada 2015, sebesar US$ 531 juta atau 63% dari capex yang sudah dianggarkan. Minimnya realisasi investasi tersebut karena ada saving atau efisiensi yang dilakukan perusahaan mencapai 10% kemudian ada juga beberapa proyek yang harus ditunda karena terkait harga minyak yang terus mengalami penurunan. Faktor lainnya yakni adanya renegosiasi harga dengan kontraktor sehingga mampu memangkas harga yang sudah ditetapkan sebelumnya. (AF/LH)