SUBANG utara yang sebelumnya tak pernah dilirik sebagai kawasan pariwisata, kini memiliki destinasi baru, Kampung Grinting, di Desa Cilamaya Girang melalui Hutan Kapal Kehati Greenthink.

Hutan Greenthink yang merupakan area milik Perum Perhutani seluas 2,5 hektar ditransformasikan menjadi areal konservasi lingkungan dan pemberdayaan ekonomi oleh masyarakat CIlamaya Girang dengan pendampingan PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).

Bersama Pemerintah Kabupaten Subang dan Perhutani, PHE ONWJ meresmikan Hutan Kapal Kehati Greenthink, Kamis (26/10).

Sejak 2011, PHE ONWJ bersama masyarakat setempat yang terdiri dari Kwartir Ranting (Kwaran) Pramuka Kecamatan Blanakan, Pemerintah Desa Cilamaya Girang berinisiatif untuk memanfaatkan area Perhutani di lokasi tersebut. Area tersebut sebelumnya merupakan persawahan kurang produktif karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan lahan.

“PHE ONWJ bersama masyarakat ingin menjadikan lokasi tersebut sebagai pusat pendidikan lingkungan hidup untuk pelajar dan masyarakat serta upaya mitigasi adaptasi terhadap perubahan iklim,” ujar Siswantoro M. Prasodjo, General Manager PHE ONWJ.

Dikelola Kelompok Tani Greenthink, Hutan Kapal Kehati Greenthink mengadopsi konsep integrated farming system atau Sistem Pertanian Terpadu untuk menghidupkan perekonomian masyarakat desa. Komponen usaha tani dalam model ini meliputi budidaya ikan nila srikandi, budidaya bebek petelur, usaha penggemukan domba, budidaya tanaman produktif, tanaman obat keluarga serta budidaya jamur merang. Masyarakat juga diajarkan untuk memanfaatkan limbah ternak untuk menjadi pupuk.

“Dengan adanya Sistem Pertanian Terpadu ini maka pensiunan nelayan yang sudah tidak mampu melaut akan kembali memiliki sumber penghasilan,” ungkap Arruji Kartawinata, Ketua Kelompok Tani Greenthink.

Usaha ini juga kini telah berkembang menjangkau usaha wanita istri nelayan untuk membuat produk makanan dari hasil tani.

Arruji bercerita, kini setiap akhir pekan atau hari libur, tempat ini mulai ramai disambangi pengunjung. Apalagi sudah tersedioa kapal yang bisa disewa untuk berkeliling hingga ke bibir pantai.

Begitu juga di dalam tersedia arena permainan sehingga banyak masyakat yang mulai tertarik. Saat ini, tidak ada tiket masuk untuk pengunjung. Tetapi ke depan, akan dikenakan tiket masuk untuk dipergunakan sebagai dana pemeliharaan.

“Pokoknya tiket yang semurah mungkin dan jangan sampai memberatkan masyarakat,” kata dia.

Suwarna, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang yang hadir mewakili Bupati memberikan apresiasi terhadap langkah sinergi yang dilakukan PHE ONWJ dan kelompok tani Greenthink. Tempat yang semula gersang dan tidak terawat serta selalu digenangi banjir jika air laut pasang, kini sudah layak dan bagus untuk kegiatan dan aktivitas luar ruangan.

“Kami patut berterima kasih kepada Pertamina (ONWJ). Pertamina sudah membuat stimulan yang baik, selanjutnya kami yang merawat dan mengelola tempat ini. Saya harapkan tempat ini menjadi tempat yang bersejarah dan monumental,” ungkap Suwarna.

Dia menyarankan agar tempat yang semula sebagai bumi perkemahan itu, tidak hanya digunakan untuk kegiatan perkemahan pramuka semata, tetapi juga bisa digunakan untuk pelantikan atau rapat Kecamatan Blanakan maupun kegiatan Desa Malajaya Girang.

“Saya akan segera informasikan kepada bupati, agar kalau bisa jalan masuk menuju area ini bisa diperbaiki, sehingga akses menuju tempat ini juga bisa lebih baik,” kata Suwarna.

Agus Mashudi, Kepala Perhutani Kabupaten Subang, mengaku kagum terhadap langkah yang sudah dilakukan PHE ONWJ. Tanah milik Perhutani yang sebelumnya tandus dan susah ditumbuhi tanaman, kini memiliki 1.000 lebih pohon berbagai jenis.

“Ini menunjukkan bahwa sesuatu yang kelihatan tidak bermanfaat, tetapi karena ada kemauan untuk diusahakan dan dikelola, akhirnya bisa memberi manfaat juga,” kata Agus.

Lebih lanjut Ia berharap tempat tersebut menjadi sarana pendidikan lingkungan, baik untuk pelajar maupun masyarakat. Apalagi di tempat tersebut tersedia juga kegiatan perekonomian, seperti jamur, pengelolaan sampah, peternakan, perikanan dan pertanian.

“Tempat tersebut juga tepat menjadi laboratorium bagi masyarakat Blanakan dan Subang pada umumnya,” tandas Agus.(AP)