JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) memastikan akan tetap memasok gas ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Cilegon, Banten dari Blok South East Sumatera (SES) pasca 2018. Penyaluran gas akan dilakukan PHE yang akan mengelola Blok SES setelah kontrak CNOOC berakhir pada 2018.

Gunung Sardjono Hadi, Direktur Utama PHE, mengatakan listrik adalah salah satu komponen utama energi yang dibutuhkan masyarakat. Untuk itu alokasi gas untuk kebutuhan listrik merupakan salah satu program wajib yang dilakukan perusahaan, termasuk mempertahankan kontribusi lapangan SES untuk memasok gas ke PLTGU Cilegon.

“Kami komitmen untuk mengalirkan gas kesana. Listrik kan penting, tapi belum sampai pada pembahasan masalah kontrak,” ujar Gunung kepada Dunia Energi.

Kontrak alokasi gas dari blok SES selama ini dilakukan antara CNOOC dan PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero) sejak 2006. Kontrak berakhir pada 5 September 2018 atau bertepatan dengan berakhirnya masa kontrak CNOOC di blok SES yang sudah diputuskan pemerintah untuk selanjutnya dikelola Pertamina melalui anak usahanya PHE.

Selama 12 tahun PLTGU Cilegon mendapatkan alokasi gas sebesar 80 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Rata-rata produksi gas dari blok SES adalah sebesar 120 MMSCFD.

PLTGU Cirebon merupakan satu-satunya pembangkit bertenaga gas di wilayah Banten yang sangat vital sebagai salah satu interkoneksi jaringan transmisi Jawa-Bali. Listrik PLTGU Cilegon diperuntukan untuk memasok kebutuhan listrik industri di Banten, khususnya pelanggan industri dengan kapasitas listrik rata-rata yang disalurkan adalah sebesar 660 megawatt (MW).

Gunung mengatakan produksi blok SES masih dapat ditingkatkan. Biasanya kontraktor saat masa terminasi akan mengurangi kegiatan di suatu blok, begitu juga dengan blok SES yang dikelola CNOOC. Oleh karena itu blok SES diproyeksikan masih bisa terus ditingkatkan produksinya.

“Cuma belum kita pastikan berapa karena belum dapat data-datanya, tapi kita optimistis masih bisa sebenarnya,” tukasnya.

Tambahan produksi direncanakan akan digunakan untuk membantu meningkatkan produksi migas di salah satu blok milik PHE Offshore North West Java (ONWJ). Rencananya gas dari blok SES akan diintegrasikan dengan fasilitas PHE ONWJ Zulu.

“Gas dari SES kita integrasikan ONWJ Zulu itu potensi besar, kirim ke Zulu untuk kembangkan lapangan disana,” ungkap Gunung.

Saat ini rata-rata PHE ONWJ Zulu mampu berproduksi rata-rata 3 ribu-4 ribu bph. Rencananya gas dari SES dijadikan sebagai bahan baku untuk tingkatkan produksi di Zulu melalui konsep Enhance Oil Recovery (EOR).
Menurut Gunung rencana tersebut sangat mungkin dilakukan karena jaringan pipa untuk mengalirkan gas juga sudah tersedia, hanya saat ini tim PHE tengah mengkaji pembangunan fasilitas baru untuk mendukung proses EOR.

“Kemungkinan perlu streamer kan, jadi butuh tambahan platform baru ini yang sedang kita desain dan hitung,” tandas Gunung.(RI)