Blok Offshore North West Java (ONWJ) merupakan salah satu blok migas yang dikelola PHE

JAKARTA – Pemerintah memastikan PT Pertamina (Persero) telah menerima penugasan untuk mengelola delapan blok terminasi. Sebanyak empat dari delapan blok tersebut akan dikelola anak usaha Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi (PHE).

Gunung Sardjono Hadi, Direktur Utama PHE, menyatakan sudah ada keputusan dari pemerintah terkait blok terminasi, dan selanjutnya Pertamina menugaskan kepada anak-anak perusahaannya. PHE mendapatkan jatah untuk mengelola empat blok yakni Blok Tuban, Ogan Komering, NSO, NSB, dan Blok Southeast Sumatera (SES).

“Kembali ke keputusan Pertamina, yang pasti itu Blok NSB-NSO, Tuban, Ogan Komering, dan dan Blok SES. Kalau Ogan dan Tuban sudah tadi pagi dapat kabar,” kata Gunung saat ditemui seusai menghadiri Energy Business Forum di Jakarta, Rabu (7/2).

Tahapan selanjutnya adalah selagi berjalan menunggu kajian term and condition kontrak yang akan diserahkan Pertamina ke pemerintah, dikaji juga rencana pengelolaan bersama dengan partner.

Menurut Gunung, Pertamina kembali akan memutuskan hal tersebut. Manajemen PHE juga sudah menyiapkan beberapa usulan, jika diputuskan untuk kembali bermitra dalam mengelola blok-blok terminasi. Meskipun skema partnership nantinya dipilih, Pertamina tetap akan menjadi pemegang saham mayoritas.

“Kami lagi melihat kalau dari partner existing tertarik, sekarang masalah kemitraaan ini keputusan di Pertamina karena dilihat tingkat yang lebih strategis. Kami juga berikan rekomendasi yang mana yang perlu partnership dan tidak,” ungkap Gunung.

Saat ini Blok Tuban dikelola Joint Operation Body (JOB) Pertamina-PetroChina East Java dengan kepemilikan hak partisipasi masing-masing sebesar 50% Pertamina dan Petrochina. Demikian pula Ogan Komering yang dikelola JOB Pertamina-Talisman dengan kepemilikan saham masing-masing 50% oleh Pertamina dan Talisman.

Untuk Blok NSO dan NSB masing-masing kontraknya akan berakhir pada 16 Oktober dan 4 Oktober 2018 saat ini telah dikuasai 100% oleh Pertamina.

Blok Southeast Sumatera yang berakhir kontraknya pada 5 September 2018 saat ini dikelola CNOOC SES Ltd yang juga memiliki hak partisipasi 65,54%. Sisanya dikuasai PHE OSES 20,55%, PT Saka Energi Sumatera 8,9% dan KUFPEC Indonesia (SES) BV sebesar 5%.

Setelah diserahkan ke PHE maka kontrak blok-blok tersebut akan berlaku selama 20 tahun.

Gunung mengatakan meskipun merupakan blok-blok yang sudah lama berproduksi dan tidak lagi berumur muda, potensi dari blok-blok terminasi yang diserahkan ke PHE masih sangat bagus.

“Masih ekonomis, kami sudah kaji tidak hanya cadangan terbukti tapi juga discovery. PHE kalau diberikan kepercayaan blok terminasi kami tidak hanya existing dan discovery, kami juga melihat yang prospek,” papar dia.

Menurut Gunung, kali ini bukan yang pertama PHE mengelola blok terminasi, beberapa blok terminasi sebelumnya berhasil ditingkatkan produksinya oleh PHE seperti Blok Siak dan Kampar yang sukses melampui produksi saat masih dikelola kontraktor terdahulu.

Jika dulu di Siak produksi tidak mampu menembus 2.000 ribu barel per hari (bph) atau rata-rata hanya sekitar 1.700 bph, maka saat dikelola  PHE rata-rata produksinya  bisa mencapai 2.400 bph.

“Siak sekitar 1.700 bph, saat ini 2.000 bph – 2.400 bph.  Kami akan dorong di atas 2.000,” tegas Gunung.(RI)