JAKARTA- PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN, emiten energi terintergasi, menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) konsolidasi sepanjang tahun ini US$ 500 juta atau sekitar Rp 6,75 triliun untuk pengembangan bisnis. Nusantara Suryono, Direktur Keuangan PGN, mengatakan sumber dana belanja modal perseroan sebagian berasal dari PT Saka Energi Indonesia, anak usaha PGN di sektor hilir migas, yang ingin menerbitkan obligasi global atau global bond sebesar US$$ 625 juta dengan tenor tujuh tahun.

“Dana dari penerbitan global bond Saka Energi akan digunakan untuk belanja modal dan refinancing dan belanja modal Saka sekitar US$ 300 juta,” ujar Nusantara saat jumpa pers usai RUPS perusahaan di Jakarta, Kamis (4/5).

Menurut Suryono, PGN saat ini fokus dalam pengerjaan sejumlah proyek, antara lain infrastruktur pipa gas bumi sepanjang 18,3 kilometer di Batam, Kepualaun Riau. Jaringan pipa gas tersebut nantinya mendistribusikan gas bumi ke wilayah seperti Nagoya, Lubuk Baja, dan Jodoh di Batam.

Perseroan yang saat ini menjadi salah satu pionir dalam bisnis hilir gas juga tengah mengerjakan proyek pipa distribusi gas Sumatera Tengah sepanjang 123 km. Selain itu, perseroan juga tengah menyiapkan pemasangan pipa laut dan fasilitasnya untuk kepulauan Riau sepanjang 5 km, dan beberapa jaringan infrastruktur gas lain di Jawa Barat dam Surabaya. “Kami juga segera menyalurkan gas ke beberapa rumah susun di Jakarta,” katanya.

 

Sepanjang 2016, PGN menambah infrastruktur pipa gas sepanjang lebih dari 252 km sehingga total panjang pipa gas perseroan 7.278 km, setara dengan 80% pipa gas bumi hilir nasional. Pengembangan infrastruktur tersebut ditujukan untuk meningkatkan perluasan aksesbilitas gas bumi.

Terkait rencana pemerintah yang ingin menurunkan harga gas, Danny Praditya, Direktur Komersial PGN, mengatakan pihaknya siap memenuhi permintaan tersebut karena penurunan harga tersebut juga akan dilakukan pada harga di hulu. Apabila ada penurunan harga tersebut, manajemen berharap akan turut menumbuhkan industri sehingga ada peningkatan volume permintaan gas. “Kami berharap ada pertambahan dari sisi volume, berapa kenaikannya kami akan hitung lagi,” ujar dia.

Bagi Dividen

Pada RUPS kemarin, PGN memutuskan untuk membagikan dividen tahun buku 2016 sebesar Rp 1,82 triliun, atau sekitar Rp 75,18 per saham kepada pemerintah dan pemegang saham. Menurut Suryono, dividen tersebut dibayarkan sesuai dengan aturan yang ada, merupakan 45% dari laba bersih PGN. Dividen yang dibagikan pada tahun buku 2016, turun dibandingkan
dividen tunai untuk tahun buku 2015 yang mencapai Rp2,2 triliun atau Rp91,32 per saham.

Pada tahun 2015, PGN membukukan laba sebesar US$401,199 juta, atau sekitar Rp 5,21 triliun (kurs Rp13.000 per dolar AS). Pencapaian laba emiten distributor gas tersebut didukung oleh pendapatan usaha PGN yang mencapai US$, 3,07 miliar pada 2015.

Sementara itu pada 2016, PGN membukukan pendapatan bersih sebesar US$ 2.935 juta. Sedangkan laba operasi selama 2016 sebesar US$ 444 juta dengan EBITDA tahun 2016 sebesar US$ 807 juta. Adapun laba bersih sebesar US$ 304 juta atau sekitar Rp 4,14 triliun. (RA/DR)