JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha PT Pertamina (Persero) menargetkan laba bersih US$ 86,36 juta pada tahun ini, naik 14,9% dibanding raihan 2016 sebesar US$ 75,16 juta. Kenaikan laba akan ditopang dari pertumbuhan pendapatan yang dipatok sebesar 39,1% menjadi US$293,85 juta dibanding tahun lalu sebesar US$ 211,24 juta.

“Sepanjang tahun ini produksi listrik ditargetkan mencapai 4.026 gigawatt hour (GWh), naik dari 2016 yang sebesar 3.084 GWh,” ujar Irfan Zainuddin, Direktur Utama PGE di Jakarta, Kamis (6/4).

PGE tahun ini mengalokasikan dana investasi US$398,9 juta sepanjang 2017, menurun dibanding tahun lalu yang mencapai US$ 535,05 juta.

Menurut Irfan, besarnya investasi pada 2016 seiring banyaknya proyek yang digarap, seperti PLTP Lahendong Unit 5 dan 6, Ulubelu Unit 3 dan 4, serta PLTP Karaha.

“Jadi investasi memang banyak tersedot proyek-proyek di 2016,” tukas dia.

Selain dana investasi, PGE juga mengalokasikan biaya operasi tahun ini sebesar US$ 72,62 juta, naik dari 2016 sebesar U$ 43,81 juta.

Pada 2017, PGE menargetkan menggarap tiga sumur eksplorasi, 14 sumur pengembangan, dan lima sumur kurs. Tidak berbeda jauh dengan 2016 dengan dua sumur eksplorasi, 15 sumur pengembangan, dan tujuh sumur kurs.

Irfan mengungkapkan dua pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang dikembangkan PGE, yaitu PLTP Karaha Unit 1 dan Ulubelu Unit 4 dengan kapasitas masing – masing sebesar 30 megawatt (MW) dan 55 MW ditargetkan beroperasi (Commercial Operation Date /COD) pada semester pertama tahun ini. Dua pembangkit tersebut merupakan salah satu upaya perseroan itu mendukung program listrik mega proyek 35 ribu MW.

Dengan beroperasinya dua PLTP itu, kapasitas terpasang listrik panas bumi yang dikembangkan PGE akan menjadi sebesar 617 MW. Proyek akan mendapat alokasi anggaran biaya investasi perusahaan sebesar US$ 398,9 juta yang terdiri dari US$ 294,9 juta untuk Business Development (74 persen) dan sisanya US$ 104 juta (26 persen) untuk Non-Business Development.

Menurut Irfan, dalam pengembangan energi panas bumi, hingga kini PGE telah memberikan kontribusi sebesar 35% dari total wilayah kerja panas bumi yang sudah berproduksi 1.535 MW. Dari potensi panas bumi Indonesia 29 GW, sebagaimana roadmap yang dicanangkan pemerintah pada 2025, total kontribusi panas bumi Indonesia sebesar 7,2 GW. Pertamina berkontribusi sebesar 2,3 GW (32%).

PGE akan terus mengakselerasi berbagai pembangungan PLTP. Pada 2016 perusahaan telah berhasil menyelesaikan 3 proyek PLTP lebih cepat dari jadwal yang direncanakan sehingga dapat berproduksi lebih awal.

Ketiga proyek PLTP tersebut antara lain Ulubelu Unit 3, Lahendong Unit 5 dan Lahendong Unit 6. Ulubelu Unit 3 tuntas 25 Juli 2016 dari jadwal yang direncanakan 6 Agustus 2016. Sedangkan COD Lahendong 5 dan 6 masing-masing selesai 16 September dan 6 Desember 2016, lebih cepat dari jadwal yang direncanakan 26 Desember dan 1 Februari 2017.

Irfan mengungkapkan sejak tahun lalu, PGE menjalankan tujuh (tujuh) proyek panas bumi secara paralel. Sungai Penuh (upstream project 1×55 MW) target COD tahun 2020, Hululais (upstream project 2×55 MW) targetCOD tahun 2019 (unit 1) & tahun 2021 (unit 2), Ulubelu (total project 2×55 MW) COD 3 Juli 2016 (Unit 3) dan Juni 2017 (unit 4).

Selain itu, PGE juga sedang mengerjakan proyek Lumut Balai Unit 1 dan 2 (total project 2×55 MW) dimana target COD 2018 (unit 1) dan 2019 (unit 2), Lumut Balai Unit 3 dan 4 (total project 2×55 MW) target COD pada 2022 (unit3) dan 2024 (unit 4), Karaha (total project 1×30 MW) target COD pada Juni 2017, serta Lahendong Unit 5&6 (total project 2x20MW) COD 15 September 2016 (Unit 5) dan 9 Desember 2016 (Unit 6).

“Kapasitas terpasang PLTP PGE saat ini mencapai 587 megawatt (MW), dan ditargetkan pada 2021 sebesar 1.037 MW,” tandas Irfan.(RA)