JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha PT Pertamina (Persero) berencana mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) berskala kecil di sejumlah wilayah kerja. PLTP yang akan dikembangkan akan memiliki kapasitas 5 megawatt (MW).

“PLTP small scale pertama akan kita kembangkan di Lahendong. Kalau sukses dan harganya cocok, selanjutnya kita akan kembangkan di Kamojang dan kemudian Kerinci,” ujar Irfan Zainuddin, Direktur Utama PGE kepada Dunia Energi.

Menurut Irfan, saat ini PGE tengah melakukan negosiasi dengan PT PLN (Persero) untuk harga listrik PLTP skala kecil. PLN diharapkan mempertimbangkan keekonomian dalam penetapan tarif listrik pembangkit tersebut.

PLTP skala kecil dikembangkan guna memanfaatkan uap panas bumi yang belum tersalurkan. Nantinya, pembangkit akan dibangun di kepala sumur panas bumi.

“Di lapangan ada beberapa sumur yang tekanannya tidak sesuai target. Di Lahendong ada sekitar 4-5 sumur. Ini yang kita manfaatkan, membangun pembangkit di dekat sumur itu sendiri, geothermal well head unit, dibangun di kepala sumur. Tekanannya tidak perlu besar, tapi bisa memutar turbin,” ungkap Irfan.

Di luar pengembangan PLTP berskala kecil, PGE juga terus mengembangkan proyek-proyek pembangkit berskala lebih besar. Pada tahun ini PGE menargetkan PLTP Karaha Unit 1 berkapasitas 30 MW dan PLTP Ulubelu Unit 4 berkapasitas 55 MW siap beroperasi (commercial operation date /COD) pada semester pertama tahun ini. Dengan beroperasinya dua PLTP tersebut, kapasitas terpasang listrik panas bumi yang dikembangkan PGE akan menjadi sebesar 617 MW.

Hingga kini PGE telah memberikan kontribusi sebesar 35% dari total wilayah kerja panas bumi yang sudah berproduksi, yakni sebesar 1.535 MW. Pada 2016 PGE telah berhasil menyelesaikan tiga proyek PLTP, antara lain PLTP Ulubelu Unit 3, Lahendong Unit 5 dan Lahendong Unit 6.(RA)