JAKARTA– PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha PT Pertamina (Persero) dalam bisnis hulu-hilir energi panas bumi, mencatatkan laba bersih sepanjang 2016 sebesar US$ 75,16 juta atau sekitar Rp 1,01 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar AS). Perolehan net profit perusahaan tersebut lebih tinggi 9,4% dibandingkan target dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar US$ 68,67 juta.

Padahal, pendapatan PGE sepanjang tahun lalu tercatat US$ 533,49, lebih rendah 1,4% dari target yang ditetapkan dalam RKAP sebesar US$ 541,12 juta. Menurut Irfan Zainuddin, Direktur utama PGE, perolehan laba bersih itu berkat program efisiensi yang kami lakukan selama 2016.

“Secara keseluruhan kami senang karena apa yang kami lakukan pada 2016 mendapatkan apresiasi dari pemegang saham dan seluruh stakeholder,” katanya.

Menurut Irfan, masih banyak efisiensi yang harus dilakukan perusahaan tahun ini dan seterusnya. Salah satunya adalah peningkatan kapasitas terpasang listrik pembangkit listrik panas bumi (PLTP). “Tahun lalu kapasitas terpasang (PLTP) sekitar 532 MW (megawatt) dan tahun ini diharapkan menjadi 617 MW,” ujarnya.

Sekadar informasi, PGE saat ini memiliki 12 Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) dengan total kapasitas PLTP sebesar 437 megawatt (MW). Hingga 2019 mendatang, total kapasitas pembangkitan panas bumi mendekati 900 MW.

Syamsu Alam, Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), mengapresiasi kinerja PGE selama 2016. Kendati begitu, dia memberi beberapa catatan untuk perbaikan, termasuk keuangan. Pasalnya, bisnis panas bumi terkendala masalah harga uap maupun harga listrik sehingga perlu melakukan efisiensi pada biaya. “Tahun ini rasanya juga belum banyak berbeda dengan 2016,” ujar dia.

Yenny Andayani, Komisaris Utama PGE, mengatakan PGE sebetulnya merupakan fundamental di Indonesia untuk pengembangan energi baru dan terbarukan. Karena itu, mantan Pelaksana Harian Direktur Utama Pertamina, itu berharap PGE tetap bersemangat untuk mengelola kegiatan geothermal dengan sebaik-baiknya.

Pemegang saham PGE terdiri atas Pertamina sebesar 90,06% atau 625.521 saham dan PT Pertamina Dana Ventura 9,94% sebesar 69.052 saham. (DR)