JAKARTA – PT Petrosea Tbk (PTRO), anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY) di sektor usaha penyedia jasa pertambangan terintegrasi, sudah mengantongi dua kontrak baru per 31 Maret 2018. Hanifa Indradjaya, Presiden Direktur Petrosea, mengatakan sepanjang tahun ini kontribusi pendapatan terbesar masih akan berasal dari sektor pertambangan yakni 65,91%.

“Kami fokus ke klien-klien lama. Per 31 Maret ada dua kontrak baru dengan Indonesia Pratama dan Kideco, ini expansion,” kata Hanifa di Jakarta, baru-baru ini.

Lini bisnis kontrak pertambangan Petrosea mencatatkan kenaikan volume pemindahan lapisan tanah penutup (overburden removal) sebesar dari 57,33 juta bank cubic meter (bcm) pada 2016 menjadi 83,98 juta bcm pada 2017. Hal yang sama terjadi pada produksi batu bara yang meningkat 74,24% dari 14,21 juta ton pada 2016 menjadi 24,76 juta ton pada 2017.

Seiring perbaikan harga batu bara sepanjang 2017 dan peningkatan aktivitas yang substansial tersebut, kontribusi pendapatan dari lini bisnis tersebut meningkat sebesar 49,80% dari US$114,33 juta pada 2016 menjadi US$171,27 juta pada tahun lalu.

Sejumlah kontrak yang telah diraih Petrosea sepanjang tahun lalu antara lain dengan PT Binuang Mitra Bersama Blok Dua berupa perjanjian penambahan wilayah tambang dan volume lapisan tanah penutup, PT Indoasia Cemerlang berupa perjanjian sewa alat pertambangan, dan PT Indonesia Pratama berupa kontrak amendemen pertama untuk target produksi menjadi 142,85 juta BCM dan penyesuaian harga.

Serta PT Freeport Indonesia berupa proyek Grasberg Wannagon Mining Services dengan masa kontrak 25 bulan, PT Maruwai Coal berupa proyek Lampunut Road, Bride&Earthworks dengan nilai kontrak Rp1,269 triliun dengan jangka waktu dua tahun, BP Berau Ltd berupa perjanjian POSB Sorong senilai Rp734 miliar, POSB Sorong peresmian pangkalan lepas pantai baru di Sorong, Papua Barat, dan Ophir Energy Indonesia berupa perjanjian pemberian jasa dan fasilitas di POSB senilai Rp51 miliar.

“Sekalipun kondisi usaha membaik dengan cepat, kami tetap fokus pada implementasi upaya efektivitas biaya di seluruh lokasi operasional,” kata Hanifa.(RA)