JAKARTA – PT Petrosea Tbk (PTRO), emiten jasa tambang akan memangkas alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) pada tahun ini dibanding 2015 yang mencapai US$40,85 juta.

“Capex akan turun signifikan. Kita akan coba gunakan kapasitas secara maksimal, dengan kondisi harga batu bara saat ini maka likuiditas adalah kunci utama ” kata M Kurnia Ariawan, Direktur Keuangan Petrosea usai Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) di Jakarta, Rabu (20/4).

 

Kurnia mengatakan pada 2015 Petrosea mencatat penurunan pendapatan sebesar 40,56% menjadi US$206,83 juta dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$347,97 juta. Hal ini terutama disebabkan pendapatan dari aktivitas bisnis kontrak pertambangan yang menjadi pilar utama bisnis Petrosea selama ini mengalami penurunan sejalan dengan harga komoditas yang cenderung turun.

Porsi segmen usaha jasa tambang terhadap total pendapatan usaha pada 2015 menjadi 70,76% atau turun dibanding porsi pada 2014 yang mencapai 84, 54%. Selebihnya pendapatan Petrosea berasal dari jasa minyak dan gas bumi serta jasa rekayasa dan manajemen proyek yang baik 10,95% menjadi US$ 59, 67 juta.

Laba operasi turun 75,81% dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi US$9,73 juta, yang disebabkan rendahnya laba kotor, namun diimbangi penurunan beban administrasi sebesar 26,64% menjadi US$ 19,41 juta yang merupakan hasil dari efisiensi yang dilakukan sepanjang 2015.

“Melalui manajemen kas yang efektif,  perusahaan berhasil mempertahankan posisi kas yang cukup kuat pada akhir 2015, yakni sebesar US$ 53,57 juta,” kata Kurnia.

Meskipun industri pertambangan sedang mengalami tantangan yang cukup berat, Petrosea berhasil menandatangani perjanjian pemindahan lapisan tanah penutup (overburen removal) dengan PT Indoasia Cemerlang yang berlaku selama setahun dengan perkiraan perolehan pendapatan senilai Rp 313 miliar. Untuk jasa minyak dan gas bumi, yang telah bertransformasi menjadi PT Petrosea Logistic and Support Services (PLSS), tetap mempertahankan fokus pada sektor migas melalui Petrosea Offshore Supply Base (POSB).

Selain itu, PLSS juga terus berekspansi guna memperluas basis pelanggan. Pada Maret 2016,  POSB diresmikan menjadi salah satu operator Pusat Logistik Berikat (PLB) pertama di Indonesia, serta sekaligus menjadi program percontohan.

Kinerja positif rekayasa dan manajemen proyek Petrosea tidak lepas dari kejelian Petrosea dalam melakukan diversifikasi ke layanan komoditas mineral lainnya, infrastruktur,  dan sektor migas.  Kontrak baru yang berhasil di peroleh Petrosea di sepanjang 2015 di antaranya PT Maruwai Coal (anak perusahaan BHP Billiton), PT Indonesia Bulk Terminal (IBT), dan PT Freeport Indonesia.(RA)