JAKARTA –  China National Petroleum Corporation (CNPC) melalui anak usahanya, Petrochina siap meningkatkan investasi di Indonesia. Bahkan, pada 2020 Petrochina menargetkan masuk lima besar perusahaan dengan kontribusi produksi migas terbesar.

Gong Bencai, Presiden Direktur Petrochina, mengatakan 2017 merupakan tahun perusahaan mulai bekerja dan memikirkan strategi kedepan. Pada 2018, perusahaan akan megeksekusi berbagai rencana dan tahun 2020 mulai menuai hasil.

“Prediksi 4-5 tahun kedepan di Indonesia, produksi kami proyeksikan dari seluruh blok untuk gas sebesar 600 MMSCFD dan minyak bisa mencapai 80 ribu BOPD,” kata Bencai di Jakarta, Rabu (10/1).

Dia mengatakan salah satu faktor peningkatan investasi ditopang prediksi iklim investasi di Indonesia  akan lebih baik dengan penerapan skema kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) gross split. Gross Split dinilai akan menguntungkan pelaku usaha.

“Dalam kacamata kami gross split lebih baik dari cost recovery. Gross split menawarkan fleksibilitas untuk untuk perusahaan migas,” ungkap Bencai.

Skema gross split membuat perusahaan tidak perlu lagi mengajukan persetujuan jika akan mengeluarkan biaya pengembangan, dengan begitu ada efisiensi dari sisi waktu. Dengan efisiensi waktu maka akan ada efisiensi dari sisi materi.

“Anda tidak perlu minta persetujuan pemerintah untuk keluarkan biaya, kita lebih bebas menghemat waktu berarti menghemat biaya untuk blok-blok baru Petrochina nanti akan gunakan gross split,” kata Bencai.

Petrochina juga sudah menyambut baik rencana pemerintah untuk membuka lelang wilayah kerja (WK) migas pada tahun ini lebih awal. Perusahaan dipastikan akan ikut serta dalam lelang tersebut.

Petrochina juga akan mulai meningkatkan kerja sama dengan beberapa perusahaan untuk mengembangkan teknologi eksplorasi, termasuk dalam metode Enhance Oil Recovery (EOR).

“Kami sudah didukung penelitian dan teknologi CNPC, terutama EOR. Kami akan jalin kerja sama dengan Pertamina, ENI atau perusahaan lainnya untuk bisa meningkatkan produksi migas,” ungkap Bencai.

Gusminar, Vice President Supply Chain Management and Operation Supports Petrochina, mengungkapkan target yang diberikan induk usaha memang cukup besar. Jika ingin masuk dalam jajaran lima besar perusahaan dengan kontribusi produksi migas besar di Indonesia maka ada batas produksi minimal yang harus dicapai perusahaan.

“Kami diamanatkan kalau mau masuk lima besar itu minimal produksi gas tidak kurang dari 500 MMSCFD dan minyak diatas 50 ribu BOPD,” kata Gusminar.

Ikut Lelang

Salah satu ekspansi Petrochina pada tahun ini adalah membidik blok unitisasi East Kalimantan dan Attaka yang akan habis kontraknya (terminasi)  pada 2018.

Gusminar mengatakan minat Petrochina telah secara resmi disampaikan kepada pemerintah. Petrochina akan mengikuti tahapan lelang untuk kedua blok unitisasi tersebut yang telah disiapkan  pemerintah.

“Petrochina sudah menyampaikan secara resmi leter interest untuk berpartisipasi disitu (East Kalimantan-Attaka). Sekarang menunggu tender,” ujar Gusminar.

Blok East Kalimantan dan Attaka merupakan blok penugasan yang diserahkan ke PT Pertamina (Persero) untuk dikelola. Namun dengan alasan tidak sesuai dengan perhitungan keekonomian maka kedua blok tersebut dikembalikan.

Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebutkan lifting rata-rata minyak Blok East Kalimantan pada 2017 adalah 17.800 BOPD. Realisasi tersebut melampaui target sebesar 17.500 BOPD atau 101,8% dari target.

Kontrak blok East Kalimantan sendiri berakhir pada 24 Oktober 2018 dan Attaka sudah berakhir sejak 31 Desember 2017. Saat ini Pertamina ditugaskan untuk mengelola sementara blok Attaka sampai kontrak blok East Kalimantan berakhir, karena kedua blok akan diunitisasi.(RI)